Indonesia Perlu Bangun Lebih Banyak Pusat Studi China

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 02 Juni 2021 | 17:53 WIB
Indonesia Perlu Bangun Lebih Banyak Pusat Studi China
Indonesia harus membangun lebih banyak pusat studi China. Foto: Mobil listrik Wuling E200. Wuling adalah salah satu merek asal China terkemuka di Tanah Air. [Wuling.id]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejarah panjang antara Indonesia dan Tiongkok telah mendorong beberapa institusi di Indonesia untuk membangun pusat studi China.

Sebagai contoh pendirian pusat kepustakaan China Universitas Al Azhar Indonesia di Jakarta. Selain itu, Universitas Kristen Petra (UKP) di Surabaya juga telah mendirikan pusat studi yang didedikasikan untuk bahasa Mandarin dan budaya China pada 2005; yang berubah menjadi “Center for Chinese Indonesian Studies/CCIS” pada 2011.

Di Indonesia sudah banyak pendirian pusat studi China akan tapi hanya fokus mengenai studi budaya dan bahasa China. Namun, hal itu saja belum cukup.

Kebangkitan China telah mendorong hubungan yang erat antara Indonesia dan Cina dan seharusnya hal ini menjadi peringatan bagi Indonesia untuk memiliki lebih banyak pusat studi yang berfokus pada ekonomi Cina.

Baca Juga: Perdana, Sulawesi Tengah Ekspor Rempah-rempah Langsung ke Tiongkok

Indonesia perlu belajar dari kesuksesan ekonomi China; terutama karena hubungan Indonesia-Tiongkok banyak dalam bidang ekonomi.

Belajar dari kesuksesan ekonomi China
Pada era globalisasi saat ini ekspansi yang paling gencar adalah bidang ekonomi.

Transformasi nyata China telah kita saksikan sejak masa kepemimpinan Deng Xiaoping (1978-1989) yang sangat agresif dalam meningkatkan perekonomian dalam negerinya.

Untuk mencapai keuntungan ekonomi, China membuat lima daftar strategi untuk dilaksanakan:

  • Modernisasi dengan pembangunan damai
  • Mempromosikan perdamaian dunia dalam pembangunan
  • Reformasi dan inovasi dalam mencari keuntungan bersama dan kerja sama yang dilakukan bersama negara lain
  • Upaya pengembangan tergantung pada kekuatan mereka
  • Membangun dunia harmoni yang berkelanjutan dan kemakmuran bersama.

Untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, China memulai industrialisasi dalam kegiatan perdagangan dan investasi. Pada 2017, menurut McKinsey, Tiongkok telah menjadi sumber arus investasi terbesar kedua dan juga penerima arus investasi terbesar.

Baca Juga: Sultan Tiongkok Menghilang, Ke Mana Perginya Jack Ma ?

Selain itu, Tiongkok juga menjelma menjadi raksasa teknologi yang sangat penting. Merek produk China seperti Xiaomi, OPPO, Vivo, Huawei dan e-commerce Alibaba telah mampu mendongkrak perekonomian negara itu.

Indonesia juga telah merencanakan untuk meningkatkan perdagangan, investasi luar negeri, dan kemajuan teknologi.

Pemerintah Indonesia dapat belajar beberapa hal dari ekspansi ekonomi China.

Hubungan erat Indonesia-China di bidang ekonomi
Mayoritas hubungan Indonesia-China berada di bidang ekonomi, seperti investasi dan ekspor-impor. Tahun lalu Tiongkok menjadi investor terbesar kedua kedua di Indonesia setelah Singapura.

Pada 2020, investasi China di Indonesia mencapai 2.130 proyek dengan nilai total US$ 4,8 miliar (sekitar Rp 68,5 triliun). Jumlah tahun sebelumnya adalah US$ 4,7 miliar.

Selain itu pada tahun yang sama, berdasarkan total nilai perdagangan, ekspor Indonesia ke China mencapai 37,4 miliar dolar (Rp 534,2 triliun), tumbuh 10,10% dibandingkan sebelumnya tahun.

Sementara itu, impor yang dilakukan Indonesia dari China tercatat mencapai 41 miliar miliar dolar (Rp 586.1 triliun)

Neraca perdagangan lebih berat di pihak China
Salah satu alasan paling krusial adalah Indonesia belum mampu mengidentifikasi jenis produk apa yang banyak diminati di China.

Wang Runsheng, Presiden China Foreign Trade Center – lembaga di bawah Kementerian Perdagangan Tiongkok – menyatakan bahwa salah satu cara Indonesia untuk mengatasi penurunan ekspor komoditas primer ke China adalah dengan meneliti produk-produk yang dibutuhkan oleh masyarakat China.

Untuk menyeimbangkan pijakan ekonomi China di Indonesia, pemerintah Indonesia perlu memiliki pemahaman yang tepat tentang bagaimana China bekerja di luar negeri dan strategi yang mereka gunakan serta bagaimana memanfaatkan kebangkitan ekonomi Tiongkok.

Pemahaman budaya tidak cukup
Mempelajari budayanya saja tidak cukup untuk memahami China.

Dalam dunia sekarang ini, ekonomi adalah senjata bagi para pelaku hubungan internasional untuk mempengaruhi dan mencari keuntungan bagi negaranya.

Indonesia perlu mengkaji strategi dan pertumbuhan kemajuan ekonomi Tiongkok dengan memobilisasi ilmuwan terbaiknya untuk membantu pembuat kebijakan merumuskan kebijakan yang bermanfaat.

Selain itu, melihat pola kerja sama yang telah dibentuk China dan strategi pembangunan ekonominya yang berhasil akan memberikan pengetahuan penting dan terkini tentang ekonomi terbesar kedua di dunia.

Indonesia tidak cukup hanya mengandalkan pusat studi budaya untuk memahami China dan gerakannya.

Cetak biru strategi pembangunan global China, yaitu Belt and Road Initiatives (Inisiatif Sabuk dan Jalan), menyatakan bahwa mengejar pertukaran budaya dan akademis antara Tiongkok dan mitranya bertujuan untuk melegitimasi implementasi proyek China Intinya, pertukaran budaya dan akademik didasarkan pada kepentingan ekonomi.

Pada akhirnya, pengerahan pengaruh budaya China merupakan bagian dari upaya untuk memajukan kepentingan ekonominya.

Artikel ini sebelumnya tayang di The Conversation.

The Conversation

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI