Suara.com - NASA akan meluncurkan sekitar 5.000 tardigrades atau "beruang air" dan 128 bayi cumi-cumi yang dapat bersinar dalam gelap, ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada 3 Juni mendatang.
Peluncuran itu merupakan bagian dari misi pasokan kargo ke-22 SpaceX yang akan diluncurkan dari Kennedy Space Center, Florida.
Tardigrades merupakan makhluk yang berukuran sangat kecil, panjangnya hanya 1 milimeter.
Hewan itu memiliki penampilan yang gemuk seperti beruang jika dilihat melalui mikroskop.
Baca Juga: NASA Deteksi Awan Warna-warni Aneh di Mars
Tardigrades mampu bertahan dari radiasi ekstrem, tekanan enam kali lipat dari bagian terdalam lautan, dan ruang hampa total.
Kemampuan tersebut membuat tardigrades menjadi organisme penelitian yang berguna di ISS.
Nantinya, para astronot dapat mengidentifikasi gen spesifik yang bertanggung jawab atas kemampuan adaptasi hewan tersebut.
"Hewan ini telah terbukti dapat bertahan hidup selama berhari-hari atau berminggu-minggu dengan sedikit atau tanpa oksigen," kata Thomas Boothby, asisten profesor biologi molekuler di University of Wyoming.
Para ahli akan memeriksa hewan itu untuk mencari tanda-tanda adaptasi langsung dan kemampuan jangka panjang, terdapat kehidupan di orbit rendah Bumi.
Baca Juga: NASA Persiapkan Penerbangan ke-6 Helikopter di Mars
Boothby berharap tardigrades akan memberikan wawasan penting untuk terapi masa depan yang dapat melindungi kesehatan astronot selama misi luar angkasa.
Di sisi lain, bayi cumi-cumi bobtail yang juga dikirim ke ISS memiliki panjang 3 milimeter dan memiliki organ khusus penghasil cahaya di dalam tubuhnya.
Para peneliti berharap, dapat menyelidiki hubungan simbiosis antara bakteri yang membuat cumi-cumi bercahaya dengan cumi-cumi itu sendiri untuk melihat bagaimana mikroba berinteraksi dengan jaringan hewan di luar angkasa.
"Hewan, termasuk manusia, bergantung pada mikroba untuk menjaga pencernaan yang sehat dan sistem kekebalan," ucap Jamie Foster, ahli mikrobiologi di University of Florida, dikutip dari Live Science, Minggu (30/5/2021).
Cumi-cumi itu lahir tanpa bakteri, kemudian hewan itu mendapat bakteri dari laut di sekitarnya, sehingga para ahli berencana menambahkan bakteri ke cumi-cumi setelah hewan itu tiba di ISS.
Dengan cara ini, peneliti dapat mengamati cumi-cumi yang bersimbiosis dengan bakteri.
Tim ahli akan mempelajari molekul yang dihasilkan selama proses tersebut dan menentukan gen mana yang dihidupkan dan dimatikan cumi-cumi.
Mengetahui hal ini dapat membantu manusia menjaga usus dan mikrobioma sistem kekebalan dengan lebih baik dalam perjalanan luar angkasa jarak jauh.