Suara.com - Gerhana Bulan total pada 26 Mei adalah satu-satunya Gerhana Bulan total yang terjadi dalam 2021.
Disebut juga Flower Blood Moon, permukaan Bulan berubah menjadi kemerahan ketika fenomena itu terjadi.
Selama Gerhana Bulan total, Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, menghalangi cahaya Matahari mencapai Bulan.
Saat Bulan bergerak ke bagian terluar bayangan Bumi, wajah Bulan akan diselimuti cahaya berwarna jingga hingga merah darah, alih-alih berwarna gelap.
Baca Juga: Jakarta Waspada Banjir Rob Setelah Gerhana Bulan Total, Mungkin Terjadi Pada 28-30 Mei
Hal ini terjadi karena sinar Matahari yang tertutupi Bumi masih ada yang terbiaskan ke Bulan saat terkena atmosfer Bumi, sehingga Bulan akan tampak merah.
Dilansir dari Live Science, Kamis (27/5/2021), atmosfer Bumi menyaring cahaya biru dengan panjang gelombang yang lebih pendek dan meninggalkan warna kemerahan untuk memenuhi permukaan Bulan.
Bulan sendiri akan berubah dengan berbagai warna selama melewati tahap-tahap Gerhana Bulan Total, mulai dari awal keabu-abuan hingga menjadi kemerahan.
Kondisi atmosfer juga dapat memengaruhi kecerahan warna. Misalnya, partikel ekstra di atmosfer seperti abu dari kebakaran besar atau letusan gunung berapi dapat menyebabkan Bulan tampak berwarna merah lebih gelap.
Gerhana Bulan Total selanjutnya diperkirakan akan terjadi pada 15-16 Mei 2022 dan dapat terlihat di beberapa bagian Asia, Australia, sebagian besar Amerika Utara, Amerika Selatan, Atlantik, Samudra Hindia dan Pasifik, dan Antartika.
Baca Juga: Penceramah Salat : Gerhana Bulan Tanda-Tanda Kiamat Sudah Dekat
Semenara itu, jenis Gerhana Bulan Penumbra berikutnya akan terjadi pada 5-6 Mei 2023, 24-25 Maret 2024, dan 20-21 Februari 2027.