Suara.com - Konsumen kehilangan lebih dari 2 juta dolar AS atau sekitar Rp 28,5 miliar dalam cryptocurrency karena penipu yang menyamar sebagai CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk selama enam bulan terakhir.
Kejadian ini dilaporkan ke Komisi Perdagangan Federal (FTC), Senin (17/5/2021) waktu setempat.
"Janji jaminan pengembalian besar atau klaim bahwa cryptocurrency Anda akan berlipat ganda selalu merupakan penipuan," kata juru bicara komisi dilansir laman The Verge, Selasa (18/5/2021).
Selama bertahun-tahun, penipu telah menyamar sebagai Elon Musk untuk menipu pengguna media sosial dari mata uang kripto.
Baca Juga: Elon Musk Akan Uji Orbital Pertama Roket Starship
Mereka menggunakan taktik menipu melalui media sosial seperti Twitter, sering kali menggunakan gambar avatar yang sama dengan akun Elon Musk dan perbedaannya hanya sedikit dalam ejaan namanya.
Pelaku berpura-pura menjadi Elon Musk, meminta korban mengirim mata uang ke alamat dompet tertentu dengan imbalan menerima pembayaran yang lebih besar sebagai imbalan.
Penipuan tersebut melanggar kebijakan Twitter terhadap akun yang menipu, tetapi moderator telah berjuang keras untuk mengendalikan aktivitas tersebut, dan hal itu tetap lazim di platform.
Angka 2 juta dolar AS terungkap dalam laporan yang lebih besar tentang cryptocurrency yang diterbitkan oleh FTC pada Senin lalu.
Sejak Oktober lalu, konsumen melaporkan kehilangan lebih dari 80 juta dolar AS dalam penipuan cryptocurrency.
Baca Juga: Tak Lagi Diterima Tesla, Harga Bitcoin Anjlok
"Jumlah ini meningkat lebih dari sepuluh kali lipat dari tahun ke tahun," kata komisi itu.
Konsumen kehilangan rata-rata sekitar 1.900 dolar AS melalui penipuan ini.
Menariknya, Elon Musk sendiri pernah menjadi target di salah satu penipuan bitcoin Twitter terbesar musim panas lalu.
Penipuan ini termasuk terbesar dalam sejarah Twitter, penyerang menyusupi akun milik Elon Musk, Presiden Barack Obama, Presiden Joe Biden, Bill Gates, dan bahkan Apple untuk mempromosikan penipuan bitcoin.
Para penyerang menerima hampir 120.000 dolar AS dari penipuan yang memaksa Twitter untuk memblokir semua pengguna terverifikasi memosting tweet baru selama beberapa jam.