Bagi bangsa Palestina, itu adalah awal dari akhir, membuat mereka tidak memiliki kewarganegaraan. Sekitar 700.000 warga Palestina mengungsi selama perang, melarikan diri ke negara-negara tetangga Arab.
4. Palestina melakukan pemberontakan terorganisir pertama
Intifada adalah dua pemberontakan Palestina melawan Israel, yang pertama terjadi di akhir 1980-an dan yang kedua di awal 2000-an.
Pemberontakan tersebut merupakan reaksi Palestina terhadap penganiayaan dan penindasan yang dilakukan Israel selama bertahun-tahun.
Kemarahan yang meningkat ini memuncak pada tahun 1987 ketika sebuah mobil sipil bertabrakan dengan sebuah truk IDF. Empat warga Palestina tewas, memicu gelombang pasang protes.
Bangsa Palestina menggunakan beberapa taktik dengan memanfaatkan kekuatan ekonomi dan politik, seperti boikot institusi Israel, penolakan untuk membayar pajak Israel, atau bekerja di pemukiman Israel.
![Pengunjuk rasa Palestina mendirikan barikade yang terbakar di Kota Tua Yerusalem, pada (8/5/2021). [EMMANUEL DUNAND / AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/09/45035-bentrokan-warga-palestina-dengan-polisi-israel.jpg)
Israel menanggapinya dengan keras. Jam malam diberlakukan, rumah Palestina digeledah, dan membatasi persediaan air. Sebanyak 1.962 orang Palestina dan 277 orang Israel tewas selama kekacauan itu.
5. Palestina diatur oleh Otoritas Palestina dan Hamas
Sebagaimana ditetapkan oleh Oslo Accords 1993, Otoritas Nasional Palestina (PNA) diberikan kendali pemerintahan atas sebagian Gaza dan West Bank. PNA dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abas.
Baca Juga: Usir dan Tembaki Warga Palestina, Polisi Israel Klaim Jaga Perdamaian
Saat ini, Palestina diatur oleh dua organisasi. PNA sebagian besar mengontrol West Bank, sementara Hamas menguasai Gaza.