Suara.com - Para ahli sedang berusaha mengetahui kapan dan di mana tahap inti roket Long March 5B China, akan jatuh kembali ke Bumi secara tak terkendali.
Roket tersebut digunakan untuk membawa modul inti Tianhe, stasiun luar angkasa pertama China.
Meskipun pembuat roket biasanya melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari puing-puing roket yang jatuh, Inverse mengatakan bahwa roket Long March 5B dibangun tanpa penguat kemudi, sistem stabilisasi, dan mesin yang dapat dimulai ulang.
Walau begitu, puing luar angkasa yang jatuh kembali ke Bumi adalah kejadian yang cukup umum.
Baca Juga: Pentagon Waspadai Jatuhnya Roket Cina di Wilayah Berpenghuni
Menurut Layanan Satelit Lingkungan, Data dan Informasi (NESDIS) National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), rata-rata antara 200 dan 400 objek terlacak memasuki atmosfer Bumi setiap tahun.
Sebagian besar puing-puing luar angkasa yang terus menumpuk sejak 4 Oktober 1957 akan terbakar di atmosfer Bumi saat jatuh.
Dari jutaan puing-puing luar angkasa diperkirakan mengorbit planet ini, sekitar 30.000 puing lebih besar dari softball dan hanya sekitar 1.000 puing yang merupakan pesawat ruang angkasa sebenarnya.
Objek-objek tersebut dipantau oleh Space Surveillance Network (SSN) militer Amerika Serikat dan Kantor Program Debris Orbital NASA menggunakan radar, teleskop, dan sistem berbasis luar angkasa lainnya.
Meskipun kecil, namun jika puing tersebut mengorbit kecepatan tinggi, itu juga dapat membahayakan satelit.
Baca Juga: Wisata Luar Angkasa Siap Diuji Coba, Harga Tiketnya Bisa Hampir Rp3 Miliar
Laporan National Geographic menyebut bahwa sebagian besar sampah antariksa berada di orbit Bumi yang lebih rendah, sekitar 1.250 mil di atas permukaan planet.
Menurut Space.com, berapa lama puing-puing luar angkasa jatuh kembali ke Bumi, tergantung pada ketinggiannya.
Puing-puing yang berada di orbit di bawah 370 mil biasanya jatuh kembali ke Bumi dalam jangka waktu beberapa tahun.
Jika berhasil melewati atmosfer, puing umumnya akan jatuh di lautan yang menutupi 70 persen permukaan Bumi.
Data yang dicatat selama lebih dari 50 tahun menunjukkan, rata-rata satu bagian puing jatuh kembali ke Bumi setiap hari.
Meskipun tidak ada kematian yang dikonfirmasi atau cedera serius dari orang-orang yang terkena puing-puing luar angkasa.
Namun, puing-puing antariksa tetap dapat menyebabkan kerusakan tergantung lokasi pendaratannya.
Dilansir dari New York Post, Jumat (7/5/2021), catatan puing antariksa yang pernah jatuh ke daratan terjadi pada 1979, ketika Skylab seberat hampir 100 ton milik NASA jatuh di kota kecil di Australia.
Stasiun luar angkasa Salyut-7 seberat 43 ton milik Uni Soviet juga pernah jatuh di Argentina pada 1991 dan pada Mei lalu, roket China Long March 5B lainnya menjatuhkan puing-puing di atas Ivory Coast, Afrika, setelah seminggu berada di orbit Bumi yang rendah.