Suara.com - Para ahli sedang berusaha mengetahui kapan dan di mana tahap inti roket Long March 5B China, akan jatuh kembali ke Bumi secara tak terkendali.
Roket tersebut digunakan untuk membawa modul inti Tianhe, stasiun luar angkasa pertama China.
Meskipun pembuat roket biasanya melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari puing-puing roket yang jatuh, Inverse mengatakan bahwa roket Long March 5B dibangun tanpa penguat kemudi, sistem stabilisasi, dan mesin yang dapat dimulai ulang.
Walau begitu, puing luar angkasa yang jatuh kembali ke Bumi adalah kejadian yang cukup umum.
Menurut Layanan Satelit Lingkungan, Data dan Informasi (NESDIS) National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), rata-rata antara 200 dan 400 objek terlacak memasuki atmosfer Bumi setiap tahun.
Sebagian besar puing-puing luar angkasa yang terus menumpuk sejak 4 Oktober 1957 akan terbakar di atmosfer Bumi saat jatuh.
![Roket Long March 5B. [STR/AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/05/83969-long-march-5b.jpg)
Dari jutaan puing-puing luar angkasa diperkirakan mengorbit planet ini, sekitar 30.000 puing lebih besar dari softball dan hanya sekitar 1.000 puing yang merupakan pesawat ruang angkasa sebenarnya.
Objek-objek tersebut dipantau oleh Space Surveillance Network (SSN) militer Amerika Serikat dan Kantor Program Debris Orbital NASA menggunakan radar, teleskop, dan sistem berbasis luar angkasa lainnya.
Meskipun kecil, namun jika puing tersebut mengorbit kecepatan tinggi, itu juga dapat membahayakan satelit.
Baca Juga: Pentagon Waspadai Jatuhnya Roket Cina di Wilayah Berpenghuni
Laporan National Geographic menyebut bahwa sebagian besar sampah antariksa berada di orbit Bumi yang lebih rendah, sekitar 1.250 mil di atas permukaan planet.