Suara.com - Pertanyaan mengenai apa yang terjadi jika astronot meninggal di luar angkasa, masih menjadi salah satu masalah terbesar yang harus ditangani NASA.
NASA tidak bisa membuang tubuh astronot ke luar angkasa begitu saja, seperti yang terlihat dalam film-film sci-fi selama ini karena undang-undang PBB sebenarnya melarang pembuangan mayat di luar angkasa.
NASA kemudian menciptakan beberapa kelompok penelitian untuk menemukan cara menangani mayat di luar angkasa karena jika terus disimpan, tubuh akan membusuk dan hal itu bisa mencemarkan lingkungan stasiun luar angkasa.
Salah satu ide yang menarik perhatian NASA adalah mengubah mayat menjadi debu.
Bekerja sama dengan perusahaan pemakaman ekologi Promessa, tim ahli mengajukan gagasan "Body Back".
Pertama, tubuh harus dimasukkan ke dalam kantong Gore-Tex (kantong jenazah luar angkasa) dan disegel agar tidak mencemari udara di dalam pesawat.
Setelahnya, tim menggunakan teknik penguburan ekologis di mana mayat dibekukan dan kemudian digetarkan.
![Ilustrasi pakaian astronot. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/08/01/64704-astronot.jpg)
Proses itu akan menghancurkan tubuh menjadi debu dan berpotensi mengembalikan sisa-sisa mayat ke ekosistem sebagai pupuk.
Ide ini ditemukan oleh pendiri Promessa, Susanne Wiigh-Mäsak, dan ditawarkan oleh Promessa hingga 2015, ketika perusahaan itu dilikuidasi. Ide tersebut mendapat kritik keras dari para kritikus.
Baca Juga: Hanya Butuh 10 Peluncuran Lagi, Stasiun Luar Angkasa China Selesai!
Tampaknya, NASA berencana menerapkan cara tersebut di luar angkasa. Badan antariksa tersebut ingin menempatkan mayat ke dalam kantong dan menyimpannya di ruang pembekuan.