Studi Terbaru Ungkap Varian Inggris Tidak Meningkatkan Keparahan Covid-19

Rabu, 14 April 2021 | 13:00 WIB
Studi Terbaru Ungkap Varian Inggris Tidak Meningkatkan Keparahan Covid-19
Varian virus Covid-19 dari Inggris, B117. [Lennart Preiss/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa varian virus Corona dari Inggris, tidak meningkatkan keparahan Covid-19 dibandingkan dengan jenis varian lainnya.

Varian yang dikenal sebagai B117 itu sekarang menjadi jenis virus Corona yang dominan di sebagian besar Eropa.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa itu terkait dengan kemungkinan risiko kematian yang lebih tinggi daripada varian Covid-19 normal.

Namun, dua penelitian yang diterbitkan dalam The Lancet Infectious Diseases dan jurnal The Lancet Public Health, tidak menemukan bukti bahwa pasien yang terinfeksi B117 mengalami gejala lebih buruk daripada pasien terinfeksi dengan varian berbeda.

Baca Juga: Mutasi E484K Terdeteksi di Indonesia, Satgas Covid-19 Lakukan Ini

Meski begitu, penelitian menemukan bahwa varian dikaitkan dengan viral load dan tingkat reproduksi yang lebih tinggi daripada varian normal.

Penulis studi pertama melihat data dari 341 pasien yang dites positif terinfeksi Covid-19 akhir tahun lalu ketika B117 merajalela di Inggris tenggara.

Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)
Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)

Para ahli menemukan bahwa 58 persen dari pasien tersebut terinfeksi varian B117, sementara 42 persen terinfeksi varian non-B117.

Dari pasien yang terinfeksi B117, 36 persen mengalami sakit parah atau meninggal dunia, dibandingkan dengan 38 persen dari pasien yang non-B117, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara varian B117 dan peningkatan risiko infeksi parah.

Data juga menunjukkan bahwa pasien yang terinfeksi varian tersebut cenderung lebih muda dan lebih sering terjadi pada kelompok etnis minoritas.

Baca Juga: Studi PHE Klaim Varian Baru Virus Corona Inggris Tidak Mematikan

Dilansir dari Science Alert, Rabu (14/4/2021), penulis penelitian juga menganalisis transmisibilitas dengan melihat data yang dihasilkan oleh pengujian PCR.

Para ilmuwan menemukan bahwa sampel B117 cenderung mengandung lebih banyak virus daripada uji swab non-B117.

Mengomentari penelitian pertama, Sean Wei Xiang Ong, Barnaby Edward Young, dan David Chien Lye dari National Center for Infectious Diseases di Singapura mengatakan, temuan tersebut berbeda dengan tiga studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa B117 lebih mematikan daripada varian lainnya.

Namun, tim mengatakan, studi Lancet memiliki keuntungan karena menggunakan pengurutan seluruh genom serta variasi yang baik dari hasil pasien dan penyakit.

Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]
Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]

"Penemuan bahwa garis keturunan infeksi B117 tidak memberikan peningkatan risiko penyakit parah dan kematian pada kelompok ini meyakinkan, tetapi membutuhkan konfirmasi lebih lanjut dalam penelitian yang lebih besar," kata para ahli yang tidak terlibat dalam penelitian.

Sementara itu, studi kedua menganalisis data yang dilaporkan sendiri dari 36.920 pengguna aplikasi gejala Covid-19 varian Inggris, yang dites positif antara 28 September dan 27 Desember tahun lalu.

Para ilmuwan menemukan bahwa varian B117 memiliki tingkat reproduksi 1,35 kali lebih tinggi daripada varian virus Corona normal, namun juga tidak menemukan bukti peningkatan keparahan penyakit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI