Ini Alasan NASA Ingin Mengirim Astronot Perempuan Pertama ke Bulan

Selasa, 13 April 2021 | 14:30 WIB
Ini Alasan NASA Ingin Mengirim Astronot Perempuan Pertama ke Bulan
Astronot NASA, Christina Koch catatkan rekor paling lama dalam misi luar angkasa. [NASA]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - NASA berencana mengirim astronot perempuan pertama ke Bulan melalui misi Artemis.

Pada Senin (12/4/2021), menandai ulang tahun ke-60 penerbangan antariksa manusia atau 60 tahun sejak pilot dan kosmonot Soviet Yuri Gagarin, menjadi manusia pertama yang pergi ke luar angkasa pada 12 April 1961.

Menyusul momen bersejarah ini, NASA ingin melakukan hal serupa dengan mendaratkan manusia pertama di Bulan.

Sepanjang program Apollo NASA, 12 astronot yang dikirim ke permukaan Bulan hanya memiliki satu kesamaan, yaitu semuanya adalah lelaki.

Baca Juga: Bukan Teknologi Canggih, Tak Disangka NASA Gunakan Ini pada Penjelajah Mars

Dalam dekade pertama NASA, profil untuk menjadi astronot sangat kaku. Sebagian besar astronot adalah pilot uji coba berusia 30 tahunan dan semuanya adalah lelaki kulit putih.

Sejak saat itu, perlahan definisi tentang astronot mulai berkembang dan profil menjadi astronot telah berevolusi. Sekarang, dengan program Artemis, NASA bertujuan untuk mengembalikan manusia ke permukaan Bulan dan kali ini termasuk perempuan.

Stasiun luar angkasa. [Shutterstock]
Stasiun luar angkasa. [Shutterstock]

Menurut Peggy Whitson, pensiunan astronot NASA dan kepala nonmiliter perempuan pertama dari Astronaut Office NASA, mengatakan bahwa badan antariksa saat ini mencoba mempromosikan minat dalam penerbangan ke Bulan.

"Kami sadar bahwa terakhir kali kami pergi ke bulan, pada tahun 60-an, semuanya adalah lelaki. Jadi kami memperbaiki kesalahan masa lalu. Saya pikir itu untuk menunjukkan sikap positif tanpa memandang latar belakang, gender, dan perbedaan lain," kata Whitson.

Tonggak bersejarah mengenai perempuan sebelumnya juga telah diciptakan NASA pada 2019 dengan mengirim astronot NASA Christina Koch dan Jessica Meir, yang melakukan perjalanan antariksa khusus perempuan pertama di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Baca Juga: NASA Kembali Tunda Penerbangan Helikopter Pertama di Mars

Karena itu, dalam memilih astronot untuk mendarat di Bulan dalam program Artemis, tidak hewan jika salah satunya adalah seorang perempuan.

"Perempuan-perempuan ini memenuhi syarat," tambah Whitson, seperti dikutip dari Space.com, Selasa (13/4/2021).

Menurut Vanessa Wyche, wakil direktur Johnson Space Center NASA di Houston, mengatakan bahwa saat ini perempuan mewakili porsi kontribusi yang signifikan dari semua aspek tenaga kerja NASA, baik dari pertimbangan kemampuan misi dan keragaman tenaga kerja.

"Dua kelas astronot terakhir yang dipilih juga mencakup persentase perempuan tertinggi dalam sejarah, 50 persen untuk kelas tahun 2013 dan 45 persen untuk kelas 2017," ucap Wyche.

Logo Artemis. [NASA]
Logo Artemis. [NASA]

Wyche juga berharap saat NASA meningkatkan keragaman korps astronot di Generasi Artemis, perempuan pertama yang mendarat di permukaan Bulan dapat menginspirasi perempuan-perempuan lain di seluruh dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI