Suara.com - Sebuah kasus misterius melibatkan seorang perempuan bernama Malika de Fernandez, seorang seniman yang bertemu dengan lelaki yang akan menjadi suami sekaligus pembunuhnya pada 1959.
Lelaki yang bernama Peter Reyn-Bardt, seorang karyawan maskapai penerbangan, memintanya untuk menikah dengannya dalam dua jam setelah pertemuan mereka. Empat hari kemudian akhirnya keduanya menikah.
Beberapa bulan setelahnya, pernikahan keduanya gagal dan Fernandez mulai memutuskan berkeliling dunia dengan menggunakan diskon perjalanan maskapai penerbangan suami barunya.
Sementara itu, Reyn-Bardt tetap tinggal di pondoknya di Cheshire, Inggris.
Baca Juga: Member EDCCash Asal Bogor Tak Gentar Meski Diancam Dibunuh
Dua tahun kemudian, Fernandez menghilang tanpa jejak dan Reyn-Bardt menjadi tersangka nomor satu.
Meskipun penggeledahan dilakukan secara menyeluruh bahkan termasuk menggali kebun rumahnya untuk mencari jenazah Fernandez, polisi tidak menemukan bukti atau kesalahan apa pun.
Kasus tersebut tetap tidak terpecahkan selama dua dekade hingga akhirnya bagian tubuh Fernandez ditemukan di dalam rawa gambut dekat rumah pondok Reyn-Bardt.
Ketidaktahuannya tentang rawa gambut membuat Reyn-Bardt akhirnya mengaku telah membunuh Fernandez.
Gambut merupakan jenis tanah yang terbentuk melalui penguraian bahan organik, sebagian besar dari bahan tanaman seperti lumut.
Baca Juga: Member EDCCash Dapat Ancaman Pembunuhan Usai Demo Rumah CEO
Ketika lumut terakumulasi di lahan basah cukup untuk membentuk rawa, lapisan gambut membentuk asam yang sangat bagus untuk mengawetkan tubuh.
Para polisi awalnya menemukan kepala seorang perempuan tak dikenal di rawa gambut Lindow Moss dan tim forensik awalnya percaya, potongan kepala itu berusia 30 hingga 50 tahun, mengakitkan dengan hilangnya Fernandez beberapa dekade sebelumnya.
"Itu sudah lama sekali, saya pikir saya tidak pernah ketahuan," kata Reyn-Berdt kepada polisi saat diinterogasi, dilansir dari IFL Science, Selasa (13/4/2021).
Reyn-Bardt mengklaim, Fernandez pernah mengunjungi pondoknya pada awal tahun 60-an dan ia mengancam akan mengungkapkan bahwa ia gay jika Fernandez tidak memberinya uang.
Pertengkaran pun terjadi dan Reyn-Bardt mengaku kepada pengadilan bahwa ia tidak sadar telah membunuhnya.
"Saya ketakutan dan tidak bisa berpikir jernih. Satu-satunya hal yang terlintas dalam pikiran adalah menyembunyikannya," tambahnya.
Reyn-Bardt mengaku bahwa ia memotong-motong tubuh Fernandez dengan kapak, sebelum mencoba membakarnya namun tidak berhasil dan akhirnya membuangnya ke rawa terdekat.
Tetapi penyidik utama, Detektif Inspektur George Abbott merasa terganggu oleh sesuatu yang aneh. Menurutnya, jika itu memang kepala Fernandez, di mana bagian tubuh lainnya.
Detektif tersebut kemudian mengirim tengkorak tersebut untuk analisis lebih lanjut di Universitas Oxford dan anehnya, para ahli menemukan melalui penanggalan karbon bahwa tengkorak itu berasal dari Zaman Romawi.
"Tengkorak itu telah diawetkan di rawa gambut selama lebih dari 16 abad dan jelas tidak ada hubungannya dengan Fernandez serta Reyn-Bardt," ucap Martin Thomas, jaksa penuntut.
Tetapi ironinya, penemuannya mengarah langsung pada penangkapan terdakwa dan pengakuannya yang rinci.
Ketika Reyn-Bardt mengetahui hal tersebut, ia berusaha untuk menarik kembali pengakuannya. Namun hal itu agak terlambat. Juri membutuhkan waktu tiga jam untuk memutuskan bahwa ia bersalah atas pembunuhan.
Hingga hari ini, tubuh Fernandez masih belum ditemukan.