Menurut Betsy Brian, profesor Egyptology di John Hopkins University, penemuan kota yang hilang ini adalah penemuan arkeologi terpenting kedua sejak makam Tutankhamun pada 1922.
"Penemuan Kota yang Hilang akan membantu kita menjelaskan salah satu misteri terbesar dalam sejarah, mengapa Akhenaten dan Ratu Nefertiti memutuskan untuk pindah ke Amarna," ucap Brian.
Beberapa tahun setelah Akhenaten memulai pemerintahannya pada awal 1350 SM, Kota Emas ditinggalkan dan ibu kota Mesir dipindahkan ke Amarna.
Setelah menyadari penemuan tersebut, tim ahli mulai mencari benda-benda kuno bertuliskan cartouche Amenhotep III, sebuah oval yang diisi dengan nama kerajaannya dalam hieroglif.
Tim menemukan cartouche tersebut di mana-mana, termasuk di bejana anggur, cincin, tembikar, hingga batu bata lumpur, yang menegaskan bahwa kota itu aktif pada masa pemerintahan Amenhotep III.
Setelah tujuh bulan penggalian, para arkeolog menemukan beberapa bangunan. Di bagian selatan kota, terdapat sisa-sisa toko roti yang memiliki area persiapan makanan dan memasak berisi oven.
![Kota emas hilang di Mesir. [Antiquities]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/04/12/14179-kota-emas-hilang-di-mesir.jpg)
Di wilayah lain, yang masih sebagian tertutup dari penggalian, para arkeolog menemukan sebuah distrik administratif dan pemukiman yang memiliki unit-unit yang lebih besar dan tertata rapi.
Desain arsitektur yang digunakan menjelang akhir Dinasti ke-18 seperti pagar zigzag menutup area tersebut dan hanya bisa diakses oleh satu pintu masuk.
Akses tunggal ini kemungkinan berfungsi sebagai langkah pengamanan.
Baca Juga: Kuburan Abad Pertengahan Ditemukan di Bawah Tempat Parkir Mobil
Di daerah lainnya, para arkeolog menemukan area produksi batu bata lumpur, yang digunakan untuk membangun kuil dan bangunan tambahan.