Suara.com - Para ilmuwan di India mendeteksi gas vulkanik yang terdiri dari aseton, disulfur monoksida, dan karbon monoksida di atmosfer bulan Jupiter bernama Io.
Io merupakan bulan terbesar dari empat bulan Galilea di Jupiter dan sekaligus bulan terbesar keempat di tata surya.
Selain Bumi, Io adalah satu-satunya tempat di tata surya dengan gunung berapi yang meletus dan lahar panas.
Satelit alami itu memiliki lebih dari 400 gunung berapi aktif yang disebabkan pemanasan pasang surut, akibat gaya gravitasi dari Jupiter dan bulan-bulan Jovian lainnya.
Baca Juga: Apa Itu Triple Konjungsi?
Warna bulan yang didominasi oleh kuning, putih, oranye, dan merah tersebut dihasilkan oleh embun beku belerang dioksida di permukaannya, unsur belerang, dan berbagai alotrop belerang.
"Atmosfer Io yang tipis terutama terdiri dari berbagai zat yang mudah menguap seperti sulfur dioksida, sulfur monoksida, natrium klorida, dan jumlah air yang sedikit," kata Arijit Manna dari Midnapore City College, dikutip dari Sci-News, Jumat (9/4/2021).
Dalam penelitian yang dipublikasikan di server pracetak ArXiv.org pada 31 Maret, para astronom menganalisis data interferometri resolusi tinggi yang dikumpulkan oleh teleskop radio Atacama Large Millimeter/Submillimeter Array (ALMA).
Tim ilmuwan berhasil mengidentifikasi garis emisi aseton, disulfur monoksida, dan garis absorpsional karbon monoksida.
"Mekanisme pembentukan aseton di atmosfer vulkanik Io sama sekali tidak diketahui, tetapi deteksi spektroskopi menyiratkan bahwa sejumlah besar senyawa metana mungkin ada," tulis para ahli.
Baca Juga: NASA Sebut Bulan Jupiter Dapat Bersinar dalam Gelap
Gas karbon monoksida sendiri terbentuk dengan fotolisis aseton, sedangkan disulfur monoksida dibentuk oleh penguraian sulfur monoksida dengan metode disproporsionasi.
Gas yang terdeteksi di atmosfer vulkanik Io masih membutuhkan penelitian lanjut lebih komprehensif dan pemeriksaan ulang, untuk memastikan apakah gas-gas tersebut tersusun berdampingan di posisi atmosfer yang sama.