Suara.com - NASA akan meluncurkan satelit seukuran SUV yang dirancang untuk melihat potensi bencana alam dan pengaruh perubahan iklim.
Satelit ini seperti mengukur bagaimana pencairan es di daratan akan memengaruhi kenaikan permukaan laut.
Disebut NISAR, ini merupakan misi kolaborasi dengan Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO).
NISAR akan melihat tanda-tanda peringatan letusan gunung berapi yang akan segera terjadi, membantu memantau pasokan air tanah, hingga mengamati pergeseran distribusi vegetasi di seluruh dunia.
Baca Juga: Berhadiah Rp 7,2 Miliar, NASA Cari Ide Pasokan Makanan di Mars
Memantau jenis perubahan seperti ini di permukaan Bumi hampir di seluruh dunia belum pernah dilakukan sebelumnya dalam resolusi tinggi yang akan dihasilkan NISAR.
NISAR akan menggunakan dua jenis radar apertur sintetis (SAR) untuk mengukur perubahan di permukaan Bumi.
Satelit akan dilengkapi dengan antena reflektor wire mesh radar berdiameter hampir 12 meter, di ujung tiang sepanjang 9 meter untuk mengirim dan menerima sinyal radar ke dan dari permukaan Bumi.
Konsep NISAR mirip dengan bagaimana radar cuaca memantulkan sinyal dari tetesan hujan untuk melacak badai.
Kedua radar NISAR dapat mengamati permukaan Bumi melalui objek seperti awan ataupun hutan yang menghalangi.
Baca Juga: CEK FAKTA: Video Prediksi NASA Soal Bahaya Meteor pada Ramadan 2021
Kemampuan ini memungkinkan misi untuk melacak perubahan di permukaan Bumi siang atau malam dan hujan ataupun cerah.
"NISAR adalah satelit segala cuaca yang akan memberi kita kemampuan untuk melihat bagaimana permukaan Bumi berubah," kata Paul Rosen, ilmuwan proyek NISAR di Jet Propulsion Laboratory NASA.
Kedua radar bekerja dengan memantulkan sinyal gelombang mikro dari permukaan Bumi dan merekam berapa lama sinyal yang dibutuhkan, untuk kembali ke satelit serta kekuatannya saat kembali.
Semakin panjang antena yang mengirim dan menerima sinyal, maka semakin tinggi resolusi spasial datanya.
Dilansir dari Scitechdaily, Rabu (31/3/2021), NISAR juga akan mampu mendeteksi pergerakan permukaan planet sekecil 0,4 inci di atas area seukuran setengah lapangan tenis.
Satelit ini dijadwalkan akan diluncurkan pada awal 2022 dan memindai Bumi setiap 12 hari selama tiga tahun, menghasilkan pencitraan daratan Bumi, lapisan es, dan es laut di setiap orbit.