Terungkap Misteri Pembantaian Massal 6.200 Tahun Lalu di Kroasia

Selasa, 16 Maret 2021 | 15:30 WIB
Terungkap Misteri Pembantaian Massal 6.200 Tahun Lalu di Kroasia
Pembantaian massal 6.200 tahun lalu di Kroasia. [Plos org]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan mengungkap misteri pembantaian massal yang terjadi di Kroasia pada 6.200 tahun lalu.

Sebanyak 41 kerangka telah ditemukan dan dianalisis untuk mengungkap identitas serta penyebab kematian.

Penelitian mengungkap, kemungkinan anggota komunitas mereka sendiri yang telah membunuh 41 orang tersebut dan pembantaian dilakukan tanpa pandang bulu.

Mario Novak dari Institute for Anthropological Research di Zagreb, Kroasia, mengambil DNA dari 38 kerangka yang ditemukan di kuburan massal di Potocani.

Baca Juga: Batu Mars dalam Misi Perseverance Pakai Bahasa Navajo

Tiga kerangka lainnya tidak mengandung cukup materi genetik untuk diurutkan.

Penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa orang-orang tersebut dibunuh dan dikubur pada tahun 4200 SM.

Pembantaian massal 6.200 tahun lalu di Kroasia. [Plos org]
Pembantaian massal 6.200 tahun lalu di Kroasia. [Plos org]

Para peneliti menemukan kuburan itu berisi 21 lelaki dan 20 perempuan, di mana setengahnya berusia di bawah 17 tahun pada saat meninggal. Sementara usia paling tua yang dianalisis dari kerangka berusia 50 tahun.

Tim ahli melihat bukti cedera kepala pada 13 tengkorak yang mungkin disebabkan oleh senjata tumpul.

"Kami berasumsi bahwa orang-orang ini mungkin sedang berlutut atau berbaring dan dipukul dari belakang. Semua luka ini mematikan karena tidak menunjukkan tanda-tanda penyembuhan, jadi kematian mereka pasti terjadi seketika," kata Novak, dikutip dari New Scientist, Selasa (16/3/2021).

Baca Juga: Fosil Lalat Berusia 47 Juta Tahun Ini Masih Simpan Makanan dalam Perut

Penelitian juga mengungkapkan bahwa hanya 11 dari individu yang dianalisis secara genetik memiliki ikatan keluarga.

Namun, semua individu memiliki nenek moyang homogen yang sama, dengan 91 persen DNA berasal dari orang-orang Neolitik Anatolia dan 9 persen berasal dari manusia pemburu-pengumpul di Eropa Barat.

Hal tersebut menjelaskan bahwa pembantaian bukan dilakukan oleh pendatang baru, sebaliknya pelaku berasal dari populasi lokal yang homogen dan stabil.

Menurut Live Science, para peneliti menduga bahwa pembantaian itu mungkin dipicu oleh bertambahnya jumlah populasi secara mendadak atau perubahan kondisi iklim yang menghabiskan sumber daya seperti makanan, sehingga menyebabkan pembunuhan massal tanpa pandang bulu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI