Suara.com - Sillicon Valley menjadi rujukan buat pengembangan teknologi berbagai negara. Rencananya, Indonesia akan memiliki "Sillicon Valley" dalam waktu dekat.
Hal ini disampaikan Budiman Sudjatmiko, politisi PDI Perjuangan yang tengah menggagas pembangunan silicon valley Indonesia di Jawa Barat, tepatnya di daerah Sukabumi.
Nantinya, di daerah tersebut akan ada banyak kegiatan penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada teknologi revolusi industri, termasuk bioteknologi, semi konduktor, komputer kuantum dan teknologi penyimpanan energi.
“Bayangkan perusahaan teknologi di Sukabumi, tapi yang memiliki orang-orang desa,” tuturnya.
Baca Juga: Masa Pandemi, Sebagian Pekerja Teknologi Mulai Tinggalkan Silicon Valley
Menurut Budiman, dari 74.954 jumlah desa yang ada di Indonesia, jika 10 persennya saja berhasil mengadopsi konsep silicon villages dan sukses, tentu dampaknya sangat terasa bagi Indonesia, utamanya bakal dirasakan oleh masyarakat desa itu sendiri yang lebih sejahtera dan maju.
Rencana ini dianggap bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, melalui gerakan Inovator 4.0.
Dia berharap tak lama lagi akan bermunculan desa dengan konsep “silicon villages” alias desa berbasis teknologi dan inovasi revolusi industri 4.0. di banyak tempat di Indonesia.
Sejalan dengan usulan Budiman, Presiden Joko Widodo sendiri saat membuka Rakernas Penguatan Ekosistem Inovasi Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, belum lama ini.
Jokowi menyebut bahwa dunia tengah memasuki masa perang artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, sehingga negara-negara di dunia termasuk Indonesia berlomba-lomba untuk dapat menguasai AI.
Baca Juga: Sampah Luar Angkasa Rusia dan China Tidak Jadi Tabrakan
"Persaingan dalam menguasai AI sudah sama dengan kayak space war di era perang dingin. Siapa yang menguasai AI dia yang akan berpotensi menguasai dunia. Ini kita kejar-kejaran," ungkap Presiden.
Karenanya, Presiden menginstruksikan agar BPPT bersinergi dengan berbagai pihak mulai dari talenta-talenta diaspora, para peneliti di universitas, startup teknologi hingga anak-anak muda yang sangat militan.
Presiden mengungkap ada beberapa hal penting yang harus dilakukan BPPT agar bisa menjadi otak pemulihan ekonomi secara extraordinary.
Langkah pertama, aktif berburu inovasi dan teknologi untuk dikembangkan lebih lanjut dan diterapkan. Kedua, BPPT harus mampu memiliki jejaring luas dan menjadi lembaga akuisisi teknologi maju dari manapun.
Ketiga, BPPT juga harus turut ambil bagian dalam pengembangan kecerdasan buatan dan menjadi pusat kecerdasan teknologi Indonesia.
Di era informasi saat ini, penguasaan terhadap teknologi kecerdasan buatan menjadi hal yang amat krusial untuk memenangkan persaingan.
“Saya berharap agar BPPT bisa menjadi lembaga yang extraordinary, terus menemukan cara-cara baru, cara-cara inovatif dan kreatif, serta menghasilkan karya nyata yang kontributif untuk kemajuan bangsa,” tandas Presiden.