Suara.com - Penelitian terbaru pada 9 Maret menunjukkan bahwa paparan serbuk sari dapat meningkatkan risiko terinfeksi virus Corona (Covid-19), bahkan jika seseorang tidak memiliki alergi terhadap serbuk sari.
Lewis Ziska, ahli fisiologi tumbuhan, menjelaskan temuan tersebut serta mengapa musim serbuk sari semakin lama dan intens.
"Hal terpenting dari studi baru kami adalah bahwa serbuk sari dapat menjadi faktor dalam memperburuk Covid-19," kata Ziska, seperti dikutip dari Science Alert, Kamis (11/3/2021).
Beberapa tahun lalu, rekan penulisnya menemukan studi bahwa serbuk sari dapat menekan cara sistem kekebalan manusia merespons virus.
Baca Juga: Ahli Ragukan Keakuratan Pemindai Suhu Badan untuk Deteksi Tanda Covid-19
Dengan mengganggu protein yang menandakan respons antivirus dalam sel yang melapisi saluran udara, hal itu dapat membuat orang lebih rentan terhadap berbagai virus pernapasan, seperti virus flu dan virus SARS lainnya.
"Pada studi ini, kami secara khusus berfokus pada Covid-19. Kami ingin melihat bagaimana jumlah infeksi baru berubah dengan naik turunnya tingkat serbuk sari di 31 negara di seluruh dunia," tambah Ziska.
Para ahli menemukan bahwa rata-rata sekitar 44 persen dari variabilitas, tingkat kasus Covid-19 terkait dengan paparan serbuk sari dan ini seringkali bersinergi dengan kelembapan dan suhu.
Tingkat infeksi cenderung meningkat empat hari setelah jumlah serbuk sari yang tinggi.
Jika tidak ada aturan lockdown lokal, tingkat infeksi meningkat rata-rata sekitar 4 persen per 100 butir serbuk sari dalam satu meter kubik udara.
Baca Juga: Musnahkan Kehidupan, Ilmuwan Prediksi Oksigen Menurun dalam 1 Miliar Tahun
Aturan lockdown yang ketat dapat mencegah kenaikan hingga setengahnya.
Paparan serbuk sari ini bukan hanya masalah bagi penderita demam alergi serbuk bunga, namun juga secara umum. B
Bahkan, jenis serbuk sari yang biasanya tidak menyebabkan reaksi alergi berkorelasi dengan peningkatan infeksi Covid-19.
Para ilmuwan menyarankan untuk tetap berada di dalam ruangan demi membatasi paparan sebanyak mungkin pada har-hari di mana jumlah serbuk sari meningkat.
Ziska mencatat bahwa saat iklim berubah, ada tiga hal yang berhubungan secara khusus dengan serbuk sari.
Salah satunya adalah awal musim serbuk sari di mana pergantian musim yang dimulai lebih awal.
Selain itu, musim serbuk sari secara keseluruhan semakin lama. Di Amerika Utara, sekarang sekitar 20 hari lebih lama daripada 1990.
Terakhir, lebih banyak serbuk sari juga telah diproduksi. Karena perubahan iklim mendorong peningkatan jumlah serbuk sari, hal itu berpotensi mengakibatkan kerentanan manusia yang lebih besar terhadap virus.