Suara.com - Palung Mariana dikenal sebagai tempat paling dalam di dunia dan masih dipenuhi dengan misteri yang belum diketahui para ahli.
Para ilmuwan kini membuat robot lunak mirip ikan yang mampu mencapai titik terdalam dari Palung Mariana.
Jenis robot ini juga diharapkan suatu hari nanti dapat mengubah cara manusia memantau dan membersihkan lautan.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature, tim insinyur di China membuat robot lunak bertenaga baterai lithium yang dapat menjelajahi kedalaman yang sebelumnya hanya dicapai oleh kapal selam.
Baca Juga: Pertama Kalinya, Badai Luar Angkasa Terdeteksi di Kutub Utara
Robot tersebut hanya berukuran 22 sentimeter dan menyerupai pari manta kecil. Desainnya didasarkan pada ikan siput hadal yang memiliki lempengan tulang rawan tembus pandang, mampu mengintai hingga 26.000 kaki di bawah permukaan.
Untuk dapat menyelam ke laut dalam, para peneliti mengambil dua karakteristik ikan siput yang membantunya berkembang di kedalaman, yaitu bagian tengkorak dan sirip sampingnya.
"Kita biasanya menganggap tengkorak sebagai batas yang keras dan tertutup. Tapi tengkorak ikan siput justru sebaliknya. Itu penuh dengan lubang. Ini adalah adaptasi yang diperlukan untuk ikan karena tekanan air dari titik terdalam lautan akan menghancurkan tengkorak yang tertutup," tulis para ilmuwan.
Para ahli kemudian menerapkan ide ini ke mesin di dalam robot. Tim memberi jarak pada komponen elektronik, seperti unit mikrokontroler, baterai, dan penguat tegangan yang terpisah satu sama lain.
Tubuh robot terbuat dari silikon dalam bentuk ikan siput dengan sirip samping kecil.
Baca Juga: Menilik Masa Depan Teknologi di Tengah Pandemi
Sirip disambungkan ke perangkat yang dikenal sebagai elastomer dielektrik, bahan yang berkontraksi atau mengembang saat arus diterapkan.
Para peneliti menyatakan robot tersebut mampu bergerak hampir 4 sentimeter per detik dalam uji coba 70 meter di bawah permukaan laut.
Untuk menguji performa robot di Palung Mariana, tim memasangkannya ke sebuah pendarat yang dijatuhkan ke dasar laut, sekitar 35.000 kaki di bawah permukaan.
Sebuah alat perekam juga dipasang untuk memantau seberapa sukses robot bisa bergerak. Hasilnya, robot dapat bertahan selama sekitar 45 menit.
Setelah pemberat di pendarat dilepaskan, robot akan kembali ke permukaan.
Robot ini tidak akan beroperasi dalam waktu dekat. Menurut Cecilia Laschi, insinyur mesin di National University of Singapore, dan Marcello Calisti, ahli robot di University of Lincoln, robot tersebut masih memiliki beberapa kekurangan.
"Itu masih tidak dapat menahan gangguan yang cukup besar dan dapat dengan mudah tersapu oleh arus bawah air," ucap para peneliti, seperti dikutip dari CNET, Jumat (5/3/2021).
Namun, pengembangan robot ini memberikan jalur baru bagi alat berat untuk menjelajahi dan memantau lautan.
Laschi dan Calisti mengatakan bahwa robot lunak mungkin dapat melakukan prosedur yang rumit seperti mengumpulkan spesimen bawah air, tanpa kerusakan atau berenang di antara gerombolan ikan tanpa gangguan.