Suara.com - Para peneliti di Harvard, Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan City University of Hongkong, telah mengembangkan drone kecil dengan ukuran sebesar serangga.
Selain bisa bermanuver di ruang sempit, drone ini juga tahan benturan jika terjadi kecelakan. Drone menggunakan sistem aktuasi yang dapat mengepakkan sayap agar bertahan dari benturan.
Dikutip dari Engadget, Kamis (4/3/2021), drone baru ini mengandalkan sistem soft actuator yang terbuat dari silinder karet yang dilapisi nanotube carbon.
Saat diberikan tegangan listrik, teknologi ini akan menekan dan meregangkan karet untuk mengepakkan sayap drone hampir 500 kali per detik.
Baca Juga: Honda Ajukan Paten Motor yang Dibubuhi Drone, Apa Fungsinya?
Kombinasi ini dinilai cukup efektif. Dengan ukurannya yang berskala centimeter, drone dapat masuk ke area kecil, melakukan manuver seperti terbalik, hingga bertahan dari benturan tanpa kerusakan. Berat drone ini juga setara dengan lebah, yakni 0,02 ons atau 0,56 gram.
Sayangnya, drone serangga ini masih memiliki beberapa kelemahan. Drone dinyatakan masih tertambat ke sumber daya.
Perangkat juga masih membutuhkan banyak kabel yang saat digunakan. Drone kecil ini masih jauh untuk penggunaan praktis.
Namun, jika masalah ini bisa diselesaikan, maka drone tersebut akan berdampak signifikan.
Asisten Profesor di MIT Kevin Yufeng Cheng mengatakan, drone serangga ini berguna untuk memeriksa mesin, atau bisa menjadi robot mirip lebah yang bisa menyerbuki tanaman.
Baca Juga: Peneliti Stanford yang diawasi FBI Kini Didakwa sebagai Mata-mata China
Perangkat ekstra kecil ini juga dapat menjadi sebuah terobosan baru untuk drone, di mana itu tidak dapat dilakukan oleh drone pada umumnya.