Suara.com - Spesies lebah langka yang disebut Pharohylaeus lactiferus, terakhir terlihat 100 tahun lalu dan sekarang telah ditemukan kembali di Queensland, Australia.
Pharohylaeus lactiferus berasal dari daerah tersebut, tetapi terakhir tercatat pada 1923 dan hanya enam ekor yang pernah ditemukan.
Namun, pencarian lapangan secara luas dilakukan dalam upaya untuk mengetahui apakah spesies lebah itu telah punah atau tidak dan pada akhirnya mengarah pada penemuan kembali spesies tersebut.
Ilmuwan dari Flinders University di Adeleide mengatakan, lebah itu telah berada di sana selama ini tetapi mungkin mengalami tekanan yang meningkat untuk bertahan hidup.
Baca Juga: Viral Pria Disengat Lebah Malah Jadi Bahan Tertawaan, Warganet Geram
"Hal tersebut mengkhawatirkan karena ini adalah satu-satunya spesies Australia dalam genus Pharohylaeus dan tidak ada yang diketahui tentang biologinya," kata James Dorey, peneliti dari Flinders University, seperti dikutip dari Independent, Senin (1/3/2021).
Perburuan dimulai setelah para ahli lebah, Olivia Davies dan Dr Tobias Smith, meningkatkan kemungkinan kepunahan spesies berdasarkan kurangnya penampakan baru-baru ini.
Para peneliti juga menilai tingkat keanekaragaman hayati terbaru, memperingatkan bahwa hilangnya habitat dan fragmentasi hutan hujan Australia serta kebakaran hutan dan perubahan iklim, kemungkinan akan memberikan tekanan kepunahan pada spesies tersebut dan spesies invertebrata lainnya.
"Tiga populasi Pharohylaeus lactiferus ditemukan dengan mengambil sampel lebah yang mengunjungi spesies tanaman favorit mereka di sepanjang pantai timur Australia. Itu menunjukkan isolasi populasi," ucap Dorey.
Tim ilmuwan mengatakan habitat yang sangat terfragmentasi di kawasan itu bersama dengan spesialisasi potensial dari spesies tersebut mungkin menjelaskan kelangkaan Pharohylaeus lactiferus.
Baca Juga: Disengat Lebah? Ini Cara Tepat Penanganannya!
Australia dilaporkan telah menebangi lebih dari 40 persen hutan sejak penjajahan Eropa, meninggalkan sebagian besar sisanya terfragmentasi dan terdegradasi.
Penelitian yang dipublikasikan dalam The Journal of Hymenoptera Research, juga memperingatkan bahwa spesies tersebut lebih rentan karena hanya menyukai bunga yang sangat spesifik dan hanya ditemukan di dekat hutan hujan tropis atau sub-tropis.
Studi tersebut menyimpulkan bahwa populasi Pharohylaeus lactiferus yang diketahui tetap langka dan rentan terhadap perusakan habitat dari perubahan penggunaan lahan atau peristiwa seperti kebakaran.
Dorey mengatakan pemahaman tentang biologi, ekologi, dan genetika populasi Pharohylaeus lactiferus harus ditingkatkan lagi di masa depan.