Suara.com - Analisis dari Food & Drug Administration (FDA) Amerika Serikat mengonfirmasi bahwa satu suntikan vaksin virus Corona (Covid-19) Johnson & Johnson, efektif melawan virus dan kasus Covid-19 paling parah.
Analisis positif menunjukkan bahwa FDA akan segera menyetujui vaksin tersebut.
Pemungutan suara pada data diharapkan besok, Jumat (26/2/2021), sehingga vaksin baru ini dapat disahkan paling cepat pada Sabtu.
Ini akan menjadi vaksin Covid-19 dosis tunggal pertama yang disetujui di Amerika Serikat.
Baca Juga: Masyarakat Takut Diberi Vaksin Covid-19, Sosiolog UGM: Tindak Tegas Hoaks
Hasil lengkap melaporkan uji coba Tahap 3 pada pada 43.783 peserta internasional dari Amerika Serikat, Amerika Latin, dan Afrika Selatan.
Kelompok terakhir menjadi perhatian khusus karena kemunculan virus varian Afrika Selatan yang menimbulkan pertanyaan bahwa vaksin mungkin tidak efektif pada varian baru.
Data menunjukkan bahwa vaksin tersebut memiliki keefektifan secara keseluruhan sebesar 66 persen, di semua wilayah geografis dalam mencegah kasus Covid-19 sedang dan parah setelah 28 hari vaksinasi.
Di Amerika Serikat, kemanjurannya dilaporkan sebesar 72 persen. Sementara di Afrika Selatan sebesar 64 persen, 7 persen lebih tinggi daripada hasil sementara.
Namun jika melihat hasil dari kasus yang parah saja, kemanjurannya masing-masing 86 persen dan 82 persen di kedua negara.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Tahap Dua Tiba di Lampung
Pekan lalu, Johnson & Johnson juga menyerahkan data dari uji coba tersebut ke European Medicine Agency dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Perusahaan telah menandatangani perjanjian dengan Gavi, Aliansi Vaksin, yang akan menyediakan setidaknya 100 juta dosis pada tahun 2021 untuk didistribusikan ke negara-negara berpenghasilan rendah.
Dilansir dari IFL Science, Kamis (25/2/2021), mendapatkan akses yang adil untuk penggunaan vaksin di seluruh dunia sangat penting demi menghentikan penyebaran pandemi.
"Pengajuan kami ke WHO menandai langkah penting lainnya dalam upaya kami memerangi Covid-19 dan juga dalam komitmen teguh kami untuk memberikan akses yang adil. Jika kita ingin mengakhiri pandemi global, inovasi penyelamat hidup seperti vaksin harus dapat dijangkau oleh semua negara," kata Dr. Paul Stoffels, Wakil Ketua Komite Eksekutif dan Kepala Pejabat Ilmiah Johnson & Johnson.
Johnson & Johnson memperkirakan bahwa vaksin dosis tunggal yang dibuatnya tetap stabil selama dua tahun pada suhu minus (-) 20 derajat Celcius dan dapat disimpan pada suhu 2-8 derajat Celcius setidaknya selama tiga bulan, sehingga mudah disimpan dan didistribusikan.
Di Amerika Serikat sendiri, distribusi diharapkan segera dimulai setelah vaksin diresmikan.