DNA Tertua di Dunia Ditemukan, Berasal dari Mamut Berusia 1,2 Juta Tahun

Selasa, 23 Februari 2021 | 09:30 WIB
DNA Tertua di Dunia Ditemukan, Berasal dari Mamut Berusia 1,2 Juta Tahun
Ilustrasi mamut (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan dari Centre for Palaeogenetics di Stockholm, menemukan DNA tertua di dunia dari mamut berusia 1,2 juta tahun.

Dalam temuan yang dipublikasikan di jurnal Nature, materi genetik diperoleh dari gigi tiga mamut yang ditemukan terkubur di permafrost Siberia selama tahun 1970-an.

Dua dari spesimen ini berusia lebih dari 1 juta tahun dan mendahului keberadaan mamut berbulu, sedangkan yang ketiga kira-kira berusia 700.000 tahun dan mewakili salah satu mamut berbulu yang paling awal diketahui.

Spesimen tertua kedua berasal dari mamut stepa kuno (Mammuthus trogontherii), nenek moyang langsung mamut berbulu (Mammuthus primigenius).

Baca Juga: Lapisan Es Mencair, Ilmuwan Temukan Fosil Badak Berbulu dari 50 Ribu Tahun

Lokasi penemuan Mamut. [University at Buffalo]
Lokasi penemuan Mamut. [University at Buffalo]

Namun, spesimen tertua berasal dari garis keturunan genetik mamut yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang disebut sebagai mamut Krestovka.

Itu sekarang juga terlihat seperti mamut Kolombia (Mammuthus columbi) ikonik yang menghuni Amerika Utara selama Zaman Es terakhir.

Para ahli memperkirakan mamut tertua berusia 1,2 juta tahun karena ini adalah usia bagian geologi tempat ditemukannya.

Namun, data genom mitokondria menunjukkan spesimen itu sebenarnya bisa berusia hingga 1,65 juta tahun, sedangkan jenis mamut kedua bisa berusia 1,34 juta tahun.

Berapa pun angkanya, ini jauh lebih tua dari pemegang rekor sebelumnya untuk urutan DNA tertua yang ditemukan dari seekor kuda berusia 780.000-560.000 tahun yang lalu di lapisan es Kanada.

Baca Juga: Bangkai Badak Berbulu dari Zaman Es Terawetkan dengan Baik

Menariknya, para ilmuwan menemukan miliaran fragmen DNA kecil yang aneh, alih-alih strip panjang yang bagus dari materi genetik tanpa cacat sehingga DNA tersebut harus dikumpulkan dengan sangat hati-hati.

Meski sampel yang ditemukan tercemar oleh bakteri atau jamur, untungnya para ahli memiliki genom mamut berbulu dan kerabat gajah masa kini yang berkualitas tinggi untuk digunakan sebagai referensi.

Sekarang, tim ahli percaya secara teoritis mungkin untuk memulihkan DNA yang bahkan lebih tua dari temuan mamut ini.

"Sangat mungkin bahwa, di masa depan, metode yang lebih canggih akan ada untuk memulihkan DNA dari spesimen non-permafrost manusia yang berusia hampir 1 juta tahun," kata Profesor Love Dalen dari Centre for Palaeogenetics, seperti dikutip dari IFL Science, Selasa (23/2/2021).

Ilustrasi Zaman Es. [Francesco Ungaro/Unsplash]
Ilustrasi Zaman Es. [Francesco Ungaro/Unsplash]

Para ahli berharap di masa mendatang umat manusia akan menemukan Homo Erectus di permafrost. Hingga saat ini, belum ada penemuan seperti itu. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang akan menemukan sisa-sisa manusia di lapisan es zaman ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI