Kisah Pengembangan GeNose Langsung dari Para Penciptanya

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 18 Februari 2021 | 07:05 WIB
Kisah Pengembangan GeNose Langsung dari Para Penciptanya
Penumpang tengah melakukan tes skrining Covid-19 di Stasiun Tugu menggunakan GeNose, Kamis (4/2/2021). [Kontributor / Putu Ayu Palupi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dian Kesumapramudya Nurputra dan Kuwat Triyana, dua ilmuwan UGM, dalam artikel mereka di The Conversation, membeberkan pengembangan GeNose - peranti yang kini diandalkan untuk tes Covid-19. Akurasinya diklaim setara dengan PCR. Berikut ulasan keduanya bersama Teguh Haryo Sasongko,ilmuwan dari Perdana University, Malaysia:

Di tengah lonjakan kasus positif COVID-19 di Indonesia yang telah menembus angka lebih dari 1,2 juta dan terus naik, salah satu cara mencegah penularan meluas adalah segera menemukan orang yang diduga positif COVID-19, lalu mengkarantina mereka agar tidak menularkan virus corona pada orang lain.

Masalahnya, kapasitas pemerintah Indonesia dalam tes RT-PCR untuk mendeteksi COVID-19 sangat jauh dari standar Organisasi Kesehatan Dunia dan hasilnya lama diketahui.

Sementara itu, alat screening cepat berbasis antigen masih tergantung pada pasokan dari perusahaan luar negeri dan harganya relatif mahal untuk ukuran mayoritas masyarakat Indonesia. Kami yakin Indonesia, dengan berpenduduk 270 juta jiwa dan jumlah kasus COVID-19 serta kematian tertinggi di Asia Tenggara, membutuhkan inovasi alat screening.

Riset kami (Dian dan Kuwat) berupa penciptaan dan uji coba GeNose C19, menunjukkan alat pendeteksi virus corona ini memiliki kemampuan mendeteksi kasus positif dengan sensitivitas 89-92%, hampir setara dengan tes menggunakan PCR (89%) dan tes cepat berbasis antigen (89,9%).

Selain itu, kelebihan dari alat pelacak virus melalui embusan senyawa organik dari mulut ini adalah hasilnya jauh lebih cepat diketahui (hanya 3 menit) dan lebih murah, hanya Rp10-25 ribu sekali tes atau 11-140 kali lebih murah, dibanding dua tes yang lain.

Sejak 5 Februari lalu, alat buatan tim Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini mulai dipakai untuk deteksi awal di stasiun kereta dan terminal. Kami berharap alat ini dapat mempercepat screening virus sehingga mereka yang positif segera mengisolasi diri.

Manuskrip ilmiah yang berisi detil laporan teknis ilmiah hasil penelitian dan cara kerja alat yang melibatkan detail algoritme kecerdasan buatan mengandung informasi sensitif yang baru dapat dipublikasikan setelah penerbitan paten oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Proses ini sedang berjalan.

Hidung elekronik pendeteksi virus via gas

Baca Juga: Kubu Raya Kalbar Pakai GeNose untuk Deteksi COVID-19 di Kecamatan

Pada dasarnya, GeNose C19 merupakan hasil pengembangan sebuah mesin berbasis sistem sensor dan kecerdasan buatan (artificial intelligent) yang semula diterapkan untuk analisis makanan, minuman, dan deteksi tuberkulosis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI