Suara.com - Perairan di bawah Antartika adalah salah satu lingkungan yang paling tidak ramah di Bumi.
Namun, ketika para ilmuwan mengebor lubang sepanjang 900 meter ke dalam lapisan es Antartika, tim ahli menemukan batu dasar laut, yang menjadi rumah bagi beberapa spesies yang mungkin belum pernah dilihat manusia sebelumnya.
Beberapa organisme terlihat di lokasi yang serupa, tetapi penemuan ini menandai pertama kalinya makhluk yang hidup menempel di satu tempat, seperti spons, ditemukan di lingkungan yang tidak bersahabat seperti ini.
Ini adalah penemuan yang tidak disengaja karena awalnya para ilmuwan sama sekali tidak mencari kehidupan laut. Tim adalah ahli biologi yang berencana mengumpulkan sampel sedimen dari dasar laut.
Baca Juga: Aneh, Ilmuwan Temukan Bintang Berputar Mundur Berlawanan
Para ilmuwan mendirikan kemah di Filchner-Ronne Ice Shelf, bongkahan besar es terapung di tenggara Laut Weddell, tempat di mana tim ahli menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyekop salju dan menggunakan air panas untuk membuat lubang sempit menembus es.
Setelah lubang selesai, para ilmuwan menurunkan kamera dengan alat pemisah sedimen, untuk menjangkau dasar laut lebih dari 300 meter di bawah dasar rak.
Tim berharap bisa menemukan lumpur, tetapi sebaliknya kamera tersebut menabrak batu tempat di mana kehidupan misterius tak dikenal ditemukan.
Beberapa makhluk memiliki tubuh jongkok, bulat, sementara yang lain memiliki batang tipis yang membentang ke air di sekitarnya.
Bagian-bagian batu juga dilapisi dengan lapisan tipis bulu halus, yang mungkin mengandung organisme kecil seperti benang.
Baca Juga: Ilmuwan Dibuat Bingung, Misteri Penurunan Drastis Virus Corona di India
Temuan yang diterbitkan di jurnal Frontiers in Marine Science itu, juga menemukan beberapa spesies pengumpan filter stasioner di batu tersebut yang dianggap tidak mungkin karena sangat jauh dari daerah yang mungkin dilakukan fotosintesis.
Pada batu tersebut, tim ahli menemukan satu spons pada tangkai, 15 spons lainnya tanpa tangkai, dan 22 organisme tak dikenal yang dapat berupa spons, ascidian, hydroid, teritip, cnidaria, atau polychaetes.
"Penemuan kami menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawabannya, seperti bagaimana mereka sampai di sana?" kata Huw Griffiths, ahli biogeograf dari British Antarctic Survey, seperti dikutip dari Science Alert, Rabu (17/2/2021).
Sebagian besar kehidupan di Bumi bergantung pada Matahari untuk bertahan hidup.
Fotosintesis berada di bagian paling bawah dari rantai makanan, dengan organisme seperti tumbuhan dan alga menggunakan sinar Matahari untuk membuat gula.
Tetapi di kedalaman laut yang gelap di mana tidak pernah ada sinar Matahari, makhluk hidup menggunakan strategi yang berbeda.
Di sekitar ventilasi termal laut yang mengeluarkan panas dan bahan kimia vulkanik, bakteri mengandalkan kemosintesis untuk membuat gula, membentuk dasar rantai makanan serupa.
Penelitian terbaru menemukan bahwa organisme yang hidup di bawah gletser melakukan kemosintesis hidrogen.
Batu besar yang diselidiki oleh Griffiths dan timnya diperkirakan berada antara 625 dan 1.500 kilometer dari wilayah fotosintesis terdekat, sehingga tampaknya makhluk hidup di sana bergantung pada beberapa bentuk rantai makanan kemosintetik.
Satu-satunya cara untuk mengetahuinya dengan pasti adalah dengan melakukan studi yang lebih rinci tentang organisme dan lingkungannya.
Para ilmuwan harus menemukan cara baru dan inovatif untuk mempelajari hewan-hewan tersebut serta lingkungannya, mengingat lokasinya yang tidak mudah.