Suara.com - Korea Utara telah mencoba mencuri teknologi di balik vaksin Covid-19 Pfizer, dengan meretas server pembuat obat Amerika, menurut badan intelijen Korea Selatan.
Seperti dikutip Independent dari beritakan kantor berita setempat, Yonhap, Rabu (17/2/2021), mata-mata Korea Selatan memberi tahu anggota parlemen tentang perkembangan tersebut.
Kejadian ini disampaikan pada sidang tertutup komite intelijen majelis nasional di Seoul. Tidak terungkap kapan peretasan itu terjadi atau apakah rezim Kim Jong-un berhasil mencuri informasi penting tentang cara memproduksi vaksin, yang kini telah disetujui di sejumlah negara di dunia.
Terkait hal ini, Pfizer belum menanggapi klaim tersebut.
Baca Juga: Varian Virus Corona Afrika Selatan, Brasil dan Inggris Mulai Masuk India
Badan intelijen Korea Selatan sebelumnya mengatakan, pihaknya menggagalkan upaya Korea Utara untuk mengakses perusahaan yang berbasis di Seoul yang terlibat dalam produksi vaksin.
Desember tahun lalu dilaporkan bahwa peretas Pyongyang mencoba membobol, setidaknya sembilan organisasi kesehatan yang mengerjakan vaksin di negara-negara termasuk Inggris dan AS.
Itu juga terjadi tak lama setelah sebuah laporan yang mengatakan, peretas Korea Utara menggunakan dana yang dikumpulkan melalui kejahatan dunia maya untuk membayar program senjata nuklir negara itu.
Pundi-pundi negara telah terpukul parah oleh serangkaian sanksi internasional yang melarang sebagian besar perdagangan.
Sebuah laporan rahasia oleh Dewan Keamanan PBB mengatakan negara itu mengumpulkan lebih dari 316 juta dolar AS dalam cryptocurrency, untuk mendukung program rudal nuklir dan balistik yang dilarang antara 2019 dan November 2020.
Baca Juga: Proses Screening Vaksin Covid-19 di Tanah Abang Diwarnai Adu Mulut
Korea Utara dianggap bertanggung jawab atas kampanye online 2013 yang melumpuhkan server lembaga keuangan Korea Selatan.
Pada 2014, dituduh melakukan peretasan besar-besaran pada Sony Pictures dan pada 2017 disalahkan atas serangan ransomware WannaCry yang terkenal, yang pada saat itu disebut sebagai epidemi global.
Baru-baru ini, Google mengatakan peretas yang didukung oleh pemerintah Korea Utara mungkin menyamar sebagai blogger keamanan komputer dan menggunakan akun palsu di media sosial untuk mencuri informasi dari peneliti di lapangan.
Korea Utara adalah satu-satunya negara di dunia yang tidak menyatakan satu pun infeksi virus corona, meskipun hal ini ditanggapi dengan skeptis oleh para ahli.
Negara tersebut mengajukan dua juta dosis vaksin yang dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca, melalui program berbagi vaksin yang dijalankan oleh Gavi (sebelumnya Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi).
Yonhap juga melaporkan bahwa istri Kim Jong-un, Ri Sol Ju, sudah tidak terlihat di depan umum selama lebih dari setahun, dan mungkin menyembunyikan diri untuk menghindari risiko infeksi.