Suara.com - Seorang perempuan asal Italia yang terinfeksi virus Corona (Covid-19), harus kehilangan tiga jarinya setelah penyakit itu merusak pembuluh darahnya.
Gambar yang diterbitkan dalam jurnal medis, menunjukkan bagaimana jari tangan perempuan berusia 86 tahun yang tidak diketahui namanya itu, berubah menjadi hitam.
Pada banyak pasien, Covid-19 telah menyebabkan kerusakan parah pada pembuluh darah dan penyumbatan berbahaya yang dikenal sebagai penggumpalan darah.
Meskipun para ahli tidak yakin mengapa virus menyebabkan penyumbatan, teori yang berlaku adalah bahwa itu hasil dari reaksi berlebihan kekebalan yang disebut "badai sitokin", yang membuat tubuh menyerang jaringan sehat.
Baca Juga: Videografis: Pengobatan Pada Anak yang Terinfeksi Covid-19
Diyakini perempuan tersebut menderita pembekuan darah yang memutus suplai ke jari-jarinya.
Ketika respon imun menjadi berlebihan, itu dapat merusak jaringan yang sehat.
Jika pembuluh darah terpengaruh, itu bisa bocor dan menyebabkan tekanan darah turun serta meningkatkan kemungkinan pembentukan gumpalan.
Kasus yang telah dilaporkan dalam European Journal of Vascular and Endovascular Surgery itu menyebut bahwa perempuan itu sempat memakai obat pengencer darah pada Maret lalu, setelah dokter memperhatikan ia kekurangan darah yang mengalir ke jantungnya.
Obat tersebut mencegah trombosit, sel pembekuan darah, agar tidak menggumpal.
Baca Juga: Satgas Luncurkan Hotline 117-3 untuk Bantu Nakes Dapatkan Layanan Kesehatan
Dokter di Fermo akhirnya mengetesnya untuk virus Corona dan hasilnya positif walaupun perempuan tersebut tidak memiliki gejala umum Covid-19 seperti demam, batuk, atau kehilangan indera penciuman dan perasa.
Sebulan kemudian, pasien itu kembali ke rumah sakit setelah jari telunjuk, jari manis, dan kelingking di tangan kanannya menjadi hitam.
Dokter mengatakan ia mengalami gangren yang terjadi ketika aliran darah ke bagian tubuh tertentu tersumbat.
Untuk memahami apa yang menyebabkan gangren, pasien melakukan pemindaian untuk melihat kecepatan aliran darah ke seluruh tubuhnya.
Petugas medis menemukan ia memiliki tekanan rendah di arteri digital umum, pembuluh kecil yang berjalan melalui telapak tangan sebelum membelah untuk memberikan darah ke jari.
Dokter kemudian memberinya heparin, obat anti koagulan yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah dan mengobati serangan jantung. Ahli bedah kemudian mengamputasi ketiga jarinya.
Para ahli memeriksa jaringan mati di bawah mikroskop dan melihat tanda-tanda trombosis intravaskular.
Trombosis terjadi ketika gumpalan darah berkembang di arteri dan vena, yang dapat menghalangi jantung, otak, atau paru-paru.
"Penting untuk dicatat bahwa Covid-19 adalah penyakit multi-sistem. Saya pikir salah satu ciri yang tampaknya memisahkannya dari penyakit virus parah lainnya adalah keadaan yang lebih hiperkoagulasi yang terkait dengan penyakit di kemudian hari," kata Profesor Graham Cooke dari National Institute for Health Research.
Keadaan hiperkoagulasi terjadi ketika darah membeku lebih dari yang diperlukan dan dapat menjadi bagian dari kelainan darah atau dipicu oleh obat-obatan, kanker, serangan jantung atau HIV.
Dokter mengatakan telah memperhatikan sejumlah besar pasien Covid-19 dengan masalah pembekuan darah, yang memicu kekhawatiran bahwa penyakit tersebut adalah infeksi vaskular dan juga infeksi saluran pernapasan.
Dilansir dari Dailymail, Jumat (12/2/2021), Profesor Roopen Arya dari King's College London, memperkirakan pada Mei bahwa sebanyak 30 persen pasien rumah sakit yang terinfeksi Covid-19 mengalami pembekuan darah.
Selain itu, ini bukan pertama kalinya jari-jari seorang pasien Covid-19 harus diamputasi.
Dalam kasus yang berbeda, seorang lelaki berusia 54 tahun dari California harus kehilangan dua jarinya akibat kerusakan jaringan dan otot setelah terinfeksi Covid-19, dalam perjalanan ski dengan sekelompok temannya di Italia utara pada Februari lalu.
Kasus lainnya menyoroti ayah dua anak dari Wales yang kehilangan ibu jari kirinya dan setengah jari telunjuk setelah ia terjangkit virus Corona.