Inversi Suhu dan Cekungan Malang Memicu Suara Dentuman

Liberty Jemadu Suara.Com
Sabtu, 06 Februari 2021 | 15:39 WIB
Inversi Suhu dan Cekungan Malang Memicu Suara Dentuman
Topografi daerah sekitar Malang yang mirip cekungan diduga memicu suara dentuman pada Selasa (2/2/2021). [Facebook/Daryono BMKG]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengatakan bahwa dentuman yang terdengar di Malang dipicu oleh inversi suhu dan turut dipengaruhi oleh topografi kota tersebut yang mirip cekungan.

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam penjelasannya di Facebook, Sabtu (6/2/2021) membeberkan bahwa Malang adalah satu daerah di Indonesia yang sering memiliki lapisan inversi.

"Dengan topografi yang berbentuk cekungan yang dikelilingi pegunungan menjadikan kawasan ini rentan dilingkupi inversi suhu pada kondisi tertentu, yaitu ketika udara dingin terperangkap di lembah dan lapisan udara hangat menutupinya dari atas," beber Daryono seperti yang disaksikan Suara.com dari Bogor, Jawa Barat.

Pada saat Cekungan Malang tertutupi lapisan inversi, lanjut Daryono, seolah terbentuk lorong raksasa yang bisa memantulkan suara dentuman petir.

"Cukup dengan kejadian petir yang terjadi didekatnya atau dari tempat lain maka dentuman akan menjalar di sepanjang lembah dan terpantul berulang-ulang mirip terbentuknya gema seperti dilaporkan sebagian warga Malang beberapa hari lalu," jelas dia.

Diwartakan sebelumnya bahwa pada 2 Februari pekan ini, warga Malang mengaku mendengarkan gelegar dentuman di daerah tersebut. Suara dentuman itu terdengar dari malam hari hingga tanggal 3 Februari pagi.

Lapisan Inversi
Menurut Daryono suara dentuman itu terdengar di Malang akibat kombinasi fenomena inversi suhu, topografi Malang yang berada di lembah antara gunung, dan aktivitas petir.

Inversi suhu sendiri, jelas dia, adalah tertindihnya lapisan udara dingin oleh lapisan udara yang lebih hangat di atmosfer. Lapisan udara ini terbentuk jika ada udara hangat naik ke atas lapisan udara yang lebih dingin, kemudian menyebar dan meluas di atmosfer.

"Adapun sumber panas tersebut dapat berasal dari aktivitas industri, kebakaran, lalu lintas, pelepasan panas penyinaran Matahari yang diterima, radiasi permukan bumi dan lain-lain," beber Daryono.

Baca Juga: Suara Dentuman Malang Diduga dari Petir

Lapisan inversi juga dapat terbentuk jika ada anomali tekanan di atmosfer atau ada udara panas yang bergerak dari tempat lain. Udara panas dan gas yang sedang bergerak naik ke atmosfir, akan tertahan lapisan udara hangat ini, karena membentuk semacam tudung (inversion cap) yang menutupi kawasan dan menjebak gas dan panas yang naik dari bumi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI