Suara.com - Beberapa lereng Mars memiliki garis-garis gelap yang secara misterius, muncul di bulan-bulan yang lebih hangat.
Garis-garis yang disebut sebagai Recurring Slope Lineae (RSL) itu pertama kali dianggap sebagai contoh langka aliran air asin di Mars.
Namun, dalam penelitian terbaru yang dilaporkan di Science Advances, menunjukkan bahwa garam dan es yang mencair dapat memengaruhi medan dan mengarah pada pembentukan tanah longsor yang dideteksi sebagai RSL tersebut.
Alih-alih mengalirkan air, tim ahli percaya bahwa interaksi skala kecil antara air es, garam klorin, dan sulfat menghasilkan lumpur ketika suhu meningkat selama musim panas di Mars.
Baca Juga: Diklaim Dapat Lawan Covid-19, Ilmuwan Buat Obat Antivirus dari Tumbuhan
Lumpur asin ini dapat memicu keruntuhan dan pergolakan tanah yang pada akhirnya menyebabkan longsor.
"Temuan ini bisa merevolusi perspektif kita tentang kimia aktif tepat di bawah permukaan Mars saat ini," kata Dr Janice Bishop, ilmuwan SETI Institute, seperti dikutip dari IFL Science, Jumat (5/2/2021).
Selama lima tahun terakhir, para ahli mempertimbangkan bagaimana medan di Bumi dapat meniru lingkungan RSL di Mars.
Di lingkungan yang kering dan kaya garam tersebut, sedikit air di bawah permukaan dapat menyebabkan gangguan permukaan dan tanah longsor.
Tim ahli melakukan pengamatan lebih jauh dengan membuat analog tanah Mars di laboratorium. Bahan kimia yang digunakan dibekukan lalu dicairkan perlahan.
Baca Juga: Uji Terbang, Starship Misi Mars Meledak saat Mendarat
Tim melaporkan pembentukan es cair pada minus (-) 50 derajat Celcius, diikuti dengan pencairan es secara bertahap.
Temuan tersebut menarik, tetapi masih lebih banyak bukti diperlukan untuk mengonfirmasi mekanisme RSL.