Suara.com - Topeng milik suku Maya setinggi manusia telah ditemukan di situs arkeologi di negara bagian Yucatan, Meksiko.
Topeng yang menggambarkan wajah dewa atau orang elit yang tidak diketahui itu, dipahat dari semen bahan bangunan dan berasal dari periode dalam sejarah Maya yang dikenal sebagai Praklasik Akhir (sekitar 300 SM - 250 M).
Penemuan ini awalnya dilakukan pada tahun 2017 di situs arkeologi Ucanha, dekat kota modern Motul, dan sejak itu para arkeolog di Institut Antropologi dan Sejarah Nasional Meksiko (INAH) telah bekerja keras untuk memulihkannya.
"Topeng seperti ini mewakili wajah individu dengan fitur tertentu yang dapat dikaitkan dengan dewa atau dengan tokoh status sosial terkemuka," kata INAH dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Live Science, Jumat (29/1/2021).
Baca Juga: Ditemukan! 6.500 Koin dan Cincin Emas Langka Berusia 900 Tahun
Topeng tersebut sejenis patung bercat berwarna cerah yang diukir dari latar belakang semen.
Suku maya biasanya menempatkan topeng ini di sekitar tangga dengan basis piramidal.
Para arkeolog telah menemukan relief serupa di Acanceh dan Izamal, tetapi ini adalah yang pertama di Ucanha.
Penemuan ini merupakan bagian dari penelitian yang sedang berlangsung terhadap gundukan suku Maya yang ditemukan di situs tersebut.
Topeng tersebut untuk sementara dikubur kembali setelah penemuannya dengan tujuan agar strukturnya terlindungi sampai dapat dipelajari dan dilestarikan dengan benar.
Baca Juga: Arkeolog Meneliti Temuan Batu Bata Kuno di Kawasan Gunung Ratu Lamongan
Sampel yang diambil dari struktur mengungkapkan adanya kerusakan dan digali kembali pada 2018, sehingga arkeolog dapat memulihkannya.
Selama proses restorasi dan konservasi, para arkeolog memperkuat bagian topeng yang rapuh.
Tim juga memindahkan bagian-bagian yang telah bergeser dari waktu ke waktu kembali ke posisi semula. Bagian permukaan topeng juga dibersihkan untuk menonjolkan pola dan warna topeng.
Para arkeolog menyelesaikan pekerjaan itu pada tahun 2019, sebelum akhirnya mengubur kembali topeng tersebut untuk terakhir kalinya.
Menurut keterangan INAH, tujuan dari upaya ini adalah untuk memastikan kelestarian topeng di wilayah yang tidak memiliki perlindungan hukum dalam jangka panjang.