Suara.com - Dunia masih berada di ambang kiamat pada 2021 akibat pandemi Covid-19 yang belum kunjung mereda, potensi perang nuklir, perubahan iklim, dan hoaks yang kian merajalela, demikian dikatakan para ilmuwan di balik Jam Kiamat.
Jam Kiamat atau Doomsday Clock masih bertahan di posisi 100 detik menuju tengah malam, sama seperti tahun lalu, demikian diumumkan Bulletin of the Atomic Scientists, organisasi di balik jam simbolik tersebut.
Ini adalah titik terdekat manusia dengan kiamat. Pada 2019 lalu, posisi jam kiamat adalah 2 menit menuju tengah malam. Tengah malam atau pukul 00.00 adalah perlambang kiamat.
"Jarum Jam Kiamat masih di posisi 100 detik menuju tengah malam, titik terdekat dengan tengah malam," kata Rachel Bronson, Presiden Bulletin of the Atomic Scientists seperti dilansir dari AFP.
Baca Juga: Kendala Mesin IMEI Bisa Bikin HP Baru Terblokir, Oppo: Semoga Bukan Kiamat
"Pandemi Covid-19 yang mematikan dan menakutkan akan menjadi peringatan bersejarah, ilustrasi nyata bagaimana pemerintah-pemerintah dan organisasi internasional kelabakan mengelola ancaman nyata yang bisa mengakhiri peradaban seperti senjata nuklir dan perubahan iklim," lanjut Bronson.
Setiap awal tahun anggota dewan Bulletin of the Atomic Scientists mengatur ulang jarum Jam Kiamat. Organisasi ini didirikan pada 1945 oleh Albert Einstein dan sejumlah ilmuwan yang terlibat dalam pembuatan bom atom Amerika Serikat. Kini dewan Bulletin of the Atomic Scientists turut dihuni oleh 13 orang penerima hadiah Nobel.
Jam Kiamat sendiri pertama kali diciptakan pada 1947. Ketika itu jarumnya menunjukkan posisi tujuh menit menjelang tengah malam. Titik terjauh dengan kiamat terjadi pada 1991, ketika Perang Dingin berakhir.
Tetapi pada Januari 2020 kemarin ia bergerak ke titik terdekat dengan kiamat karena perubahan iklim akibat ulah manusia, tingginya potensi perang nuklir, dan bahaya hoaks yang menyebar luas melalui media sosial.
Tahun ini Bulletin of the Atomic Scientists merekomendasikan AS dan Rusia untuk memperpanjang perjanjian pembatasan senjata nuklir START dan meminta AS untuk kembali terlibat dalam kesepakatan nuklir Iran.
Baca Juga: Perubahan Iklim Sebabkan Kiamat Serangga?
Para ilmuwan di balik Jam Kiamat itu juga mendesak pemerintah-pemerintah dunia, perusahaan teknologi raksasa, dan organisasi media untuk bekerja sama mencari cara yang mudah serta etis dalam memerangi hoaks di internet.