Temuan 300 Kerangka Manusia Ungkap Kebrutalan Hidup di Abad Pertengahan

Kamis, 28 Januari 2021 | 09:00 WIB
Temuan 300 Kerangka Manusia Ungkap Kebrutalan Hidup di Abad Pertengahan
Penemuan 300 kerangka manusia di situs pemakaman kuno. [YouTube/@University of Cambridge]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penggalian berbagai situs pemakaman di Cambridge, Inggris, telah mengungkapkan betapa brutal dan kerasnya kehidupan di Abad Pertengahan melalui lebih dari 300 kerangka manusia.

Dilaporkan dalam American Journal of Physical Anthropology, arkeolog dari University of Cambridge menggali tiga situs berbeda di kota.

Ketiganya mencakup kuburan gereja lokal untuk pekerja biasa, rumah sakit amal di mana orang yang dirawat dikuburkan, dan biara Augustinian tempat pendeta dimakamkan.

Analisis sinar-X terhadap 314 kerangka mengungkapkan 44 persen pekerja biasa mengalami patah tulang, dibandingkan dengan 32 persen di biara, dan 27 persen kerangka yang dikubur di rumah sakit.

"Kami dapat melihat bahwa pekerja biasa memiliki risiko cedera yang lebih tinggi dibandingkan dengan para biarawan dan dermawan mereka atau orang-orang di rumah sakit yang lebih terlindungi," kata Dr Jenna Dittmar, penulis utama dari proyek After the Plague yang didanai Wellcome Trust di Departemen Arkeologi University of Cambridge.

Selain itu, patah tulang ditemukan pada 40 persen jasad lelaki dan 26 persen jasad perempuan.

Kerangka tersebut menyoroti bahwa Abad Pertengahan adalah waktu yang brutal bagi semua orang.

Cedera tulang terkait kekerasan paling mungkin disebabkan oleh orang lain ditemukan pada sekitar 4 persen dari seluruh populasi.

Tulang-tulang tersebut juga mengungkap beberapa kisah aneh dari Abad Pertengahan, seperti seorang biarawan yang tinggal di biara Agustinian. Kerangkanya ditemukan dengan kedua tulang femur di kaki bagian atas hancur.

Baca Juga: 2 Kerangka Manusia Ditemukan di Aceh Timur, Polisi: Diduga Korban Konflik

"Apa pun yang menyebabkan kedua tulang patah dengan cara ini pasti traumatis dan mungkin menjadi penyebab kematian. Kami menduga itu terjadi karena kecelakaan kereta," tambah Dittmar, seperti dikutip dari IFL Science, Kamis (28/1/2021).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI