Suara.com - Huawei berencana menjual model ponsel premiumnya, Mate dan P, demikian diwartakan Reuters, Senin (25/1/2021). Langkah itu disebut sebagai tanda bahwa merek raksasa China itu akan hengkang dari ponsel kelas atas yang dikuasai Samsung serta Apple.
Dua orang sumber yang tak ingin identitas mereka diungkap mengatakan bahwa Huawei kini sedang membahas rencana penjualan dua model ponsel flagshipnya itu dengan beberapa perusahaan investasi yang disokong oleh pemerintah lokal Shanghai.
Pembicaraan itu sudah berlangsung selama beberapa bulan terakhir, sementara Huawei sendiri secara internal mulai mempertimbangkan rencana menjual model gawai premiumnya tersebut pada April.
Penjualan Huawei Mate dan Huawei P mencapai 39,7 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan sekitar Rp 534 miliar antara triwulan tiga 2019 sampai triwulan ketiga 2020.
Baca Juga: Resmi Meluncur, Ini Spesifikasi Honor V40
Meski demikian hingga saat ini Huawei belum mengambil keputusan soal penjualan dua model yang sering disandingkan dengan jajaran Galaxy S dari Samsung dan iPhone.
"Huawei mengetahui ada beberapa rumor tak benar yang beredar soal rencana penjualan model ponsel premium kami. Rumor-rumor itu tak ada manfaatnya, tetapi Huawei memang tak memiliki rencana seperti itu," kata seorang juru bicara Huawei.
Sementara pemerintah Shanghai hanya mengatakan bahwa mereka sudah mendengar rumor tersebut dan menolak untuk berkomentar.
Huawei sendiri sebelumnya sudah menjual submerek Honor ke sebuah konsorsium yang dipimpin oleh sebuah perusahaan sokongan pemerintah lokal Shenzen, Tiongkok.
Honor dijual agar merek tersebut tetap bertahan dan terhindar dari sanksi yang diberikan oleh Amerika Serikat atas Huawei.
Baca Juga: Susul Huawei, Xiaomi Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat
Model Huawei P dan Mate dijual diduga karena alasan lebih spesifik: Huawei sudah kesulitan menyediakan prosesor buatannya sendiri, Kirin, untuk gawai-gawai tersebut. Cadangan prosesor Kirin milik Huawei diperkirakan sudah habis tahun ini.
Sanksi AS atas Huawei telah membuat perusahaan itu tak saja bisa mengakses sistem Google Mobile Service yang menjadi pintu untuk aplikasi-aplikasi kunci Android, tetapi juga menghalangi perusahaan untuk memproduksi chipsetnya sendiri.
Unit bisnis chipset Huawei, HiSillicon, bergantung pada software perusahaan AS seperti Cadence Design System atau Synopsys Inc untuk mendesain prosesornya dan perakitannya diserahkan ke perusahaan Taiwan, TSMC, yang sialnya juga menggunakan peranti-peranti Amerika Serikat.