Peringatkan! Orang Divaksinasi Covid-19 Disebut Masih Bisa Sebarkan Virus

Senin, 25 Januari 2021 | 08:30 WIB
Peringatkan! Orang Divaksinasi Covid-19 Disebut Masih Bisa Sebarkan Virus
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Kepala Petugas Medis untuk Inggris mengatakan bahwa vaksin virus Corona (Covid-19), mungkin tidak sepenuhnya mencegah seseorang menularkan virus kepada orang lain. Orang yang telah divaksinasi tetap harus mematuhi pembatasan lockdown.

Menurut Profesor Jonathan Van-Tam, spesialis di bidang influenza, termasuk epidemiologi, penularan, vaksinasi, obat antiviral, dan kesiapsiagaan pandemi, mengatakan jika orang-orang yang telah divaksinasi mulai merasa terlindungi, mereka berpotensi membahayakan orang-orang di bawah daftar prioritas yang masih membutuhkan inokulasi.

Peringatan tersebut muncul ketika angka terbaru pemerintah menunjukkan jumlah yang menerima dosis pertama vaksin di seluruh Inggris telah melampaui 5,8 juta jiwa.

Profesor Van-Tam menambahkan, masih belum diketahui apakah orang yang telah divaksinasi masih dapat menularkan virus kepada orang lain.

Baca Juga: Kehabisan, Vaksin Covid-19 yang Diterima Kota Tegal Tidak Sesuai Alokasi

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

"Bahkan, setelah mendapatkan kedua dosis vaksin, Anda masih dapat menularkan Covid-19 kepada orang lain dan rantai penularannya akan berlanjut," kata Profesor Van-Tam, seperti dikutip dari Independent, Senin (25/1/2021).

Menurutnya, itu akan membuat jumlah kasus tetap tinggi dan membahayakan orang lain yang juga membutuhkan vaksin tetapi masih berada di anteran.

Ia juga mengatakan bahwa orang yang telah divaksinasi ataupun belum, semua orang masih harus mengikuti panduan kesehatan sedikit lebih lama.

"Terlepas dari apakah seseorang telah mendapatkan vaksinasi atau tidak, penting bagi setiap orang untuk mengikuti batasan nasional," ujar dia.

Pihaknya juga mengingatkan bahwa perlindungan membutuhkan waktu hingga tiga minggu dan kita belum mengetahui dampak vaksin terhadap penularan.

Baca Juga: Terungkap! Trump Ternyata Tak Miliki Rencana Distribusi Vaksin Covid-19

Di sisi lain, Profesor Van-Tam juga membalas para dokter yang mengkritik keputusan untuk memperpanjang jarak antara pemberian dosis pertama dan kedua vaksin menjadi 12 minggu.

Asosiasi Medis Inggris (BMA) telah menulis kepada kepala petugas medis dan mendesak untuk memikirkan kembali keputusan tersebut, dengan mengatakan bahwa dalam kasus vaksin Pfizer-BioNTech, jeda maksimum yang diamanatkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah enam minggu.

Profesor Van-Tam menanggapi bahwa memperpanjang jarak adalah cara tercepat untuk mendapatkan dosis pertama untuk sebanyak mungkin orang dan secepat mungkin.

Ketua dewan BMA Dr Chaand Nagpaul mengatakan bahwa meskipun dia memahami alasan di balik keputusan tersebut, tidak ada negara lain yang mengambil pendekatan seperti Inggris.

Ilustrasi lockdown. (Shutterstock)
Ilustrasi lockdown. (Shutterstock)

Dr Nagpaul menambahkan, perlindungan yang ditawarkan jika jeda diperpanjang masih belum jelas. Perpanjangan menjadi 12 minggu dinilai terlalu banyak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI