Suara.com - Sejak pertama kali beroperasi pada Desember 2019, ada 174 kasus perusakan atau vandalisme yang terjadi di proyek Palapa Ring Timur. Kerusakan itu mengakibatkan kerugian ratusan miliar rupiah.
Palapa Timur Telematika selaku pelaksana proyek nasional pemerataan jaringan yang mencakup 35 kabupaten dan 3,1 juta populasi tersebut mengaku, kerusakan proyek Palapa Ring Timur telah memakan kerugian hingga ratusan miliar.
"Kerugian ini bisa bersumber dari nilai aset yang rusak, bertambahnya beban untuk modal dalam membangun kembali, dan hingga hilangnya pendapatan dari proyek tersebut," ungkap Direktur Operasional PT Palapa Timur Telematika, Eddy Siahaan dalam diskusi virtual, Rabu (20/1/2021).
Herald Napitupulu selaku Project Manager PT Palapa Timur Telematika menjelaskan, setidaknya ada tiga kategori kerusakan yang terjadi di proyek Palapa Ring Timur.
Baca Juga: Ada 174 Kasus Perusakan Palapa Ring Timur selama 2020
Untuk kategori pertama dan sedang, pihaknya menyebut bahwa kerusakan bisa segera diatasi karena terjadi pada kabel optik yang dirusak, dipotong, atau dicuri.
Sementara kategori berat merupakan kerusakan yang harus segera dibangun ulang, seperti kebakaran atau robohnya tower. Kerusakan ini menimbulkan pengaruh besar, seperti terputusnya jaringan internet di wilayah yang terdampak.
Widodo Yuli Prasetyo selaku GM Operation PT Palapa Timur Telematika mengatakan, sebagian besar kerusakan terjadi di Provinsi Papua dan Papua Barat. Sementara untuk Provinsi Nusa Tenggara ataupun Maluku lebih sedikit.
Diperparah Lokasi Geografis
Menurut Herald, kerusakan yang terjadi selama di wilayah Papua ini juga menjadi hal tersulit bagi perusahaan. Menurutnya, kerusakan yang terjadi di sana biasanya ada di wilayah pegunungan.
Baca Juga: Bakti Selidiki Pembakaran BTS Palapa Ring Timur di Papua
Kondisi geografis yang masih sulit diakses karena terbatasnya infrastruktur jalan menyebabkan akses ke lokasi hanya bisa dilakukan melalui helikopter.
"Oleh karena itu, perbaikan di wilayah pegunungan bisa memakan waktu lama, yakni sekitar tiga sampai enam bulan," ujar Herald.
Herald menambahkan, apabila kerusakan terjadi di wilayah pesisir atau kota-kota dengan akses jalan mudah, maka itu bisa memakan waktu satu bulan saja. Hal tersebut dikarenakan banyaknya unsur alat yang dikirimkan dari wilayah luar Papua seperti DKI Jakarta.
Untuk mengatasi hal ini, Widodo menyatakan bahwa kategori kerusakan juga dilakukan dengan cara yang berbeda. Untuk kategori ringan, mereka berkoordinasi dengan Babinsa, pemuka agama di gereja, hingga warga setempat untuk mensosialisasikan perbaikan.
Sementara untuk kerusakan sedang dilakukan bersama pihak kepolisian. Lalu untuk kerusakan berat dilakukan dengan menggandeng pihak Badan Intelijen Negara (BIN).
Selain itu, Edy juga terus mengupayakan sosialisasi ke masyarakat Papua untuk terus memberikan pemahaman soal kegunaan proyek Palapa Ring Timur. Sebab dengan ini, maka mereka bisa menggunakan jaringan internet 4G.
"Harapannya dengan usaha-usaha setiap hari sambil mengoperasikan proyek, penduduk atau teman-teman di Papua makin mengerti dan bisa menikmati, dan akhirnya menjaga keamanan supaya jaringan ini tetap hidup," pungkasnya.