Varian Inggris dianggap sebagian bertanggung jawab atas melonjaknya jumlah kasus di negara tersebut karena ada beberapa bukti bahwa varian itu mungkin lebih menular.
Sama seperti varian Inggris dan varian Afrika Selatan, varian strain Columbus di Ohio memiliki mutasi baru yang memengaruhi protein lonjakan (spike protein), menempel di permukaan virus.
Hal ini menyebabkan beberapa kekhawatiran bahwa varian tersebut akan lebih menular atau mengurangi kemanjuran vaksin. Untungnya, tidak ada bukti bahwa varian tersebut lebih mematikan.
Dr van Dorp menambahkan bahwa sebagian dari alasan lebih banyak varian yang muncul saat ini mendorong pengawasan dan pemantauan yang lebih kuat.
Salah satunya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mencatat pengawasan strain berbasis urutan baru-baru ini "ditingkatkan" sehubungan dengan varian baru yang muncul.

"Mungkin ada beberapa efek dari peningkatan pengawasan untuk mendeteksi varian baru dalam pengamatan saat ini," tambah Dr van Dorp, seperti dikutip dari IFL Science, Selasa (19/1/2021).
Sebagai contoh, menandai mutasi 501Y dalam garis keturunan B.1.351 (pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan), mungkin telah berkontribusi pada konsorsium sekuensing Inggris yang mendeteksi garis keturunan B.1.1.7, yang juga menyimpan mutasi ini meskipun telah berevolusi secara independen.
Tidak mengherankan bahwa garis keturunan B.1.1.7 terdeteksi di Inggris karena upaya pengurutan yang sangat besar dilakukan.
Baca Juga: Ditemukan Varian Baru Virus Corona di California, Beda dari yang di Inggris