Ilmuwan Klaim Smartwatch Bisa Deteksi Covid-19 Lebih Awal

Dythia Novianty Suara.Com
Senin, 18 Januari 2021 | 11:00 WIB
Ilmuwan Klaim Smartwatch Bisa Deteksi Covid-19 Lebih Awal
Apple Watch SE. (Apple)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jam tangan pintar (smartwatch) kamu serta perangkat pintar lainnya, dapat dipakai mengukur statistik vital seperti detak jantung, suhu tubuh, dan indikator fisiologis lainnya.

Berbagai informasi memadai terkumpul, sehingga dapat membantu dalam menentukan kemungkinan infeksi virus Corona, beberapa hari sebelum individu didiagnosis dengan virus melalui rangkaian tes Covid-19.

Perangkat tersebut termasuk jam tangan Apple Watch, Garmin, dan Fitbit, serta merek lain dari produsen produk pakaian pintar.

Dilansir laman Gizmochina, Senin (18/1/2021), rangkaian smartwatch ini dapat menunjukkan apakah seseorang positif Covid-19, bahkan sebelum gejala yang diketahui dirasakan, pada saat gejala tersebut telah menjadi bergejala dan tes dapat mendeteksi keberadaan virus.

Baca Juga: Keren! ITS Kembangkan Pendeteksi Covid-19 Lewat Bau Keringat Ketiak

Ini menurut penelitian dari sejumlah institusi akademis dan medis terkemuka, termasuk Sistem Kesehatan Mount Sinai, dan Universitas Stanford, keduanya di AS.

Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]
Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]

Banyak pihak meyakini bahwa teknologi yang dapat dikenakan dapat memainkan peran penting dalam mengurangi pandemi, serta beberapa penyakit menular lainnya.

Para peneliti di Mount Sinai Health System menemukan bahwa Apple Watch dapat mendeteksi perubahan halus pada detak jantung seseorang, yang dapat memberikan bukti dan sinyal bahwa orang tersebut mungkin telah tertular virus corona.

Indikasi atau sinyal ini bisa datang paling cepat seminggu, sebelum orang tersebut mungkin merasa sakit atau infeksi terdeteksi setelah tes dilakukan.

Studi tersebut menganalisis apa yang didefinisikan sebagai variabilitas detak jantung, variasi waktu antara detak jantung seseorang, yang juga merupakan indikator seberapa baik sistem kekebalan seseorang bekerja.

Baca Juga: Cukup dengan Rp 15-20 Ribu, Masyarakat Bisa Test Covid-19 GeNose

Orang yang menderita Covid-19 diamati memiliki variabilitas detak jantung lebih rendah, sementara orang yang negatif menunjukkan variabilitas lebih tinggi dalam waktu antara detak jantung.

Perlu dicatat bahwa variabilitas detak jantung yang tinggi tidak mencerminkan atau menunjukkan detak jantung meningkat, melainkan mengindikasikan bahwa sistem saraf seseorang cukup aktif, mudah beradaptasi, dan bisa lebih efektif dalam mengatasi stres.

Studi ini melibatkan sekitar 300 pekerja perawatan kesehatan di fasilitas medis Mount Sinai, mengenakan Apple Watch selama 153 hari dari April hingga September 2020.

Data yang dihasilkan oleh jam tangan pintar bisa sangat membantu dalam memerangi pandemi, karena diperkirakan lebih dari 50 persen kasus virus corona disebarkan oleh orang yang tidak menunjukkan gejala, sama sekali tidak menyadari bahwa mereka adalah pembawa.

Ini menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS pekan lalu.

Sebuah studi terpisah dan independen oleh para peneliti dari Universitas Stanford, di mana para peserta mengenakan berbagai pelacak aktivitas yang berbeda dari Garmin, Fitbit, Apple, dan lainnya.

Ilustrasi seorang perempuan menggunakan Fitbit. [Shutterstock]
Ilustrasi seorang perempuan menggunakan Fitbit. [Shutterstock]

Penelitian tersebutmenemukan bahwa sekitar 81 persen dari peserta positif Covid-19 mengalami peningkatan detak jantung hingga sembilan hari penuh, sebelum gejala mulai diamati, yang menurut penelitian, menunjukkan timbulnya gejala.

Para peneliti Stanford menggunakan data jam tangan pintar untuk mengidentifikasi dengan benar hingga 66 persen kasus Covid-19, empat hingga tujuh hari sebelum peserta menunjukkan gejala, seperti yang dilaporkan dalam penelitian mereka yang diterbitkan di Nature Biomedical Engineering pada November tahun lalu.

Studi tersebut memeriksa data dari 32 orang yang dites positif Covid-19 di antara lebih dari 5.000 peserta.

Tim peneliti Stanford telah maju untuk membuat sistem alarm yang memperingatkan pengguna perangkat pintar bahwa detak jantung mereka telah meningkat untuk jangka waktu yang berkelanjutan.

Diyakini bahwa teknologi semacam itu dapat membantu mengurangi beberapa kekurangan yang diamati terkait dengan pengujian virus Corona.

Produsen perangkat yang dapat dikenakan ini juga melihat bagaimana teknologi dapat digunakan untuk melawan virus dan telah mulai mendanai penelitian ke arah ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI