Suara.com - Konsentrasi karbon dioksida di atmosfer akan melonjak melewati ambang batas pada 2021, melebihi 417 bagian per juta (ppm). Itu mendekati peningkatan 50 persen, sejak dimulainya aktivitas industri yang meluas di abad ke-18.
Perkiraan tersebut berasal dari Met Office, layanan meteorologi nasional untuk Inggris, yang menggunakan data dari Mauna Loa Observatory di Hawaii.
Meskipun ada sedikit penurunan emisi gas rumah kaca global pada 2020 karena pandemi virus Corona (Covid-19) dan peristiwa La Nina saat ini, itu tidak cukup untuk mengimbangi kenaikan sebelumnya.
"Karena karbon dioksida berada di atmosfer untuk waktu yang sangat lama, emisi setiap tahun bertambah dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyebabkan jumlah karbon dioksida di atmosfer terus meningkat," kata Richard Betts, kepala kelompok dampak iklim di Met Office dan pemimpin peneliti untuk prakiraan tersebut.
Baca Juga: Bumi Kuno Disebut Mirip Venus, Punya Atmosfer Tebal dan Beracun
Dilansir dari Live Science, Kamis (14/1/2021), konsentrasi karbon dioksida di atmosfer mengikuti variasi musim yang dapat diprediksi.
Tingkat puncak terjadi pada Mei dan kemudian akan menurun selama musim panas karena tanaman tumbuh di belahan Bumi utara dan menyedot karbon melalui fotosintesis, sebelum naik lagi dari September dan seterusnya.
Meskipun jumlah total emisi karbon dioksida di seluruh dunia pada 2020 turun 7 persen dari tahun-tahun sebelumnya, emisi hampir kembali ke tingkat pra-pandemi.
Pencatatan konsentrasi karbon dioksida telah dilakukan pada 1958 dan data tersebut disimpan di Mauna Loa Observatory.
Hingga saat ini, para ilmuwan telah menggunakan data tersebut untuk melacak tingkat karbon dioksida di atmosfer menggunakan Keeling Curve.
Baca Juga: Jangan Salah Kaprah! Ketahui Pengertian Efek Rumah Kaca Secara Benar
Para ilmuwan mengatakan, banyak hal yang harus dilakukan untuk memenuhi tujuan Panel Internasional tentang Perubahan Iklim, untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.