"Mengingat laporan sebagian pasien yang sembuh masih mengalami gejala yang terus-menerus, seperti kelelahan, sesak napas, dan nyeri sendi bahkan lebih dari 80 hari setelah timbulnya gejala awal, kami menduga mikrobioma usus disbiotik dapat berkontribusi pada masalah kesehatan terkait kekebalan pasca Covid-19," tulis para ahli dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Gut, seperti dikutip Dailymail, Rabu (13/1/2021).
Sampel darah mengungkapkan ketidakseimbangan mikroba ini juga terkait dengan tingkat sitokin yang lebih tinggi, molekul kecil yang merupakan bagian alami dari respons imun tetapi dapat menyebabkan kerusakan jika tidak diatur dengan benar.
Ciri khas Covid-19 yang parah adalah sistem kekebalan tubuh yang rusak setelah infeksi dan menyerang sel serta jaringan yang sehat.
Meski begitu, penelitian baru bersifat observasional dan tidak dapat secara pasti disebut apakah Covid-19 mengubah mikrobioma usus atau mikrobioma yang melemah menyebabkan infeksi yang lebih parah.

Namun, penelitian terpisah yang dilakukan Korea Selatan menunjukkan opsi terakhir adalah yang paling mungkin.
Para akademisi di Laboratory for Human-Microbial Interactions di Korea University, menganalisis data dari berbagai penelitian yang melihat dampak kesehatan usus yang buruk pada infeksi virus Corona.
Dr Heenam Stanley Kim, yang memimpin tinjauan tersebut, percaya ada bukti substansial untuk mendukung klaim bahwa mikrobioma usus memainkan peran integral dalam respons kekebalan terhadap infeksi Covid-19.
Dr Kim mengatakan, usus yang tidak berfungsi dapat memperburuk keparahan infeksi karena kadar mikroba yang lebih rendah membuat virus Corona lebih mudah mencapai permukaan saluran pencernaan dan organ dalam.
Organ-organ ini memiliki reseptor di permukaannya yang disebut ACE2 dan protein yang menonjol inilah yang dibajak oleh virus untuk mendapatkan akses ke sel.
Baca Juga: Terdeteksi! Ada Goyangan Misterius di Kutub Mars
"Tampaknya ada hubungan yang jelas antara mikrobioma usus yang berubah dan Covid-19 yang parah," ucap Dr Kim.