Suara.com - Empat hari setelah CEO Tesla, Elon Musk menganjurkan pengikutnya menggunakan Signal sebagai aplikasi pengganti WhatsApp, saham Signal dilaporkan melonjak tajam hingga 438 persen.
Sayang, saham yang melonjak tersebut bukanlah saham untuk aplikasi perpesanan Signal.
Kenaikan saham ini didapat oleh Signal Advance, sebuah produsen komponen kecil yang sama sekali tidak berkaitan dengan aplikasi tersebut.
"Apakah ini yang dimaksud analis saham ketika mereka mengatakan bahwa pasar memberikan untuk Sinyal secara berbeda? Dapat dimengerti bahwa banyak orang ingin berinvestasi dalam rekor pertumbuhan Signal, tapi ini bukan kami," jelas Signal melalui akun Twitternya.
Baca Juga: Cara Migrasi Grup Chat dari WhatsApp ke Signal
"Kami adalah 501c3 independen dan investasi kami satu-satunya adalah privasi Anda," tambahnya.
Mengutip CNBC, Selasa (12/1/2021), kesalahpahaman ini menyebabkan saham Signal Advance naik 438 persen dan mencapai level tertinggi 70,85 dolar AS atau Rp 1 juta per sahamnya.
Kini, perusahaan tersebut telah bernilai lebih dari 3 miliar dolar AS atau Rp 42,6 triliun.
Signal kembali menjelaskan bahwa mereka adalah lembaga non profit dan berdiri secara independen.
Meski begitu, para investor dapat mendukung Signal dengan menyumbang di link signal.org/donate/
Baca Juga: Jual Mobil Listrik Terbanyak, Tesla Mampu Produksi 42 Unit per Jam
Kasus serupa pernah terjadi pada 2019, di mana semua orang membeli saham Zoom Technologies dengan simbol ZOOM.
Sayangnya, saham tersebut bukan untuk platform layanan panggilan video Zoom Video Communications, yang diperdagangkan dengan simbol ZM.
Alhasil, Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat menghentikan perdagangan Zoom Technologies karena itu tidak ada kaitannya dengan Video Zoom.