Suara.com - Penelitian diterbitkan di jurnal Lancet menunjukkan, lebih dari tiga perempat orang yang dirawat di rumah sakit karena virus Corona (Covid-19), masih mengalami setidaknya satu gejala setelah enam bulan.
Temuan ini menunjukkan perlunya penyelidikan lebih lanjut terhadap efek virus Corona yang masih ada.
Penelitian tersebut melibatkan ratusan pasien di Wuhan, China, sebagai bagian dari upaya para ilmuwan melacak gejala jangka panjang infeksi Covid-19.
Gejala paling umum yang ditunjukkan berupa kelelahan atau kelemahan otot. Beberapa orang juga dilaporkan kesulitan tidur.
Baca Juga: Kantor Lockdown, Walkot Jaksel WFH, Wakilnya Numpang di Kelurahan
"Karena Covid-19 adalah penyakit baru, kami baru mulai memahami beberapa efek jangka panjangnya pada kesehatan pasien," kata Bin Cao, penulis senior dari National Center for Respiratory Medicine, seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (12/1/2021).
Cao mengatakan, penelitian tersebut menyoroti perlunya perawatan berkelanjutan bagi pasien setelah mereka keluar dari rumah sakit, terutama bagi pasien yang mengalami infeksi parah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, virus itu menimbulkan risiko bagi beberapa orang dari efek berkelanjutan yang serius, bahkan di antara kaum muda dan sehat yang tidak dirawat di rumah sakit.
Studi baru ini menganalisis setidaknya 1.733 pasien Covid-19 yang dipulangkan dari Rumah Sakit Jinyintan di Wuhan antara Januari dan Mei 2020.
Pasien yang berusia rata-rata 57 tahun dikunjungi antara Juni dan September serta diberi pertanyaan tentang gejala dan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan. Para ahli juga melakukan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium.
Baca Juga: Kantor Ditutup Sementara, Wali Kota Jaksel Ngantor di Rumah
Penelitian tersebut menemukan bahwa 76 persen pasien yang berpartisipasi dalam tindak lanjut mengatakan mereka masih memiliki gejala.
Sebesar 63 persen pasien mengaku mengalami kelelahan atau kelemahan otot dan 26 persen mengalami masalah tidur.
Studi ini juga mengamati 94 pasien dengan tingkat antibodi darah yang tercatat pada puncak infeksi sebagai bagian dari percobaan lain.
Ketika pasien tersebut diuji ulang setelah enam bulan, ditemukan tingkat antibodi penawar yang dimilikinya 52,5 persen lebih rendah.
Para ilmuwan mengatakan, ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan infeksi ulang Covid-19, meskipun tim ahli menambahkan sampel yang lebih besar diperlukan untuk mengklarifikasi bagaimana kekebalan terhadap virus berubah dari waktu ke waktu.