Setelah 40 Tahun, Populasi Paus di Kutub Akhirnya Kembali

Selasa, 05 Januari 2021 | 11:00 WIB
Setelah 40 Tahun, Populasi Paus di Kutub Akhirnya Kembali
Ilustrasi populasi Paus. [NOAA/Unsplash]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perburuan paus mendorong banyak spesies ke ambang kepunahan, termasuk di perairan terpencil di Kutub Utara dan Selatan. Lebih dari 1,3 juta paus terbunuh hanya dalam 70 tahun di sekitar wilayah Kutub.

Akhirnya, setelah 40 tahun sejak perburuan paus komersial berakhir, para ilmuwan melihat tanda-tanda kembalinya beberapa spesies paus yang paling terancam dan mulai pulih.

Dalam penelitian baru, para ilmuwan melaporkan bahwa paus biru jumlahnya meningkat di perairan sekitar pulau sub-Antartika Georgia Selatan. Sebanyak 41 individu baru yang dikatalogkan selama sembilan tahun terakhir.

Dilansir dari Science Alert, Selasa (5/1/2021), perairan di sekitar pulau itu kaya akan krill yang dimakan paus ini. Para ilmuwan yakin kembalinya paus menandai "penemuan kembali" gudang makanan samudra oleh generasi baru.

Baca Juga: Hiks.. Apa yang Bikin Paus Fransiskus Bersedih?

Ilustrasi paus bungkuk. (freedigitalphotos)
Ilustrasi paus bungkuk. (freedigitalphotos)

Tanda-tanda pemulihan serupa juga dideteksi untuk paus bungkuk di sekitar Semenanjung Antartika barat, sementara paus sirip dan minke sekarang secara teratur terlihat di Laut Chukchi dekat Alaska.

Dengan hilangnya industri perburuan paus, lautan kutub adalah salah satu tempat terbaik bagi hewan raksasa ini untuk membangun kembali populasinya.

Meski begitu, beberapa dekade ke depan, paus di wilayah Kutub akan menghadapi masalah baru, mulai dari air laut yang menghangat karena perubahan iklim dan dapat mengganggu pasokan makanan hingga polusi.

Selain itu, tidak menutup kemungkinan jika banyak industri kembali mengembangkan atau membangun di perairan terpencil ini karena akses ke Samudra Arktik menjadi lebih mudah akibat pencairan es laut.

Lalu lintas kapal, terutama di Kutub Utara, akan meningkat dan paus termasuk yang paling rentan terhadap peningkatan kebisingan dan potensi ancaman tabrakan yang mematikan.

Baca Juga: Cara Paus Fransiskus Kritik Orang Liburan di Tengah Pandemi Corona

Para ilmuwan saat ini sedang mempelajari cara meminimalkan dampak aktivitas manusia pada paus di perairan Antartika.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI