Suara.com - India telah mengizinkan penggunaan darurat dua vaksin virus corona yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford, serta oleh perusahaan farmasi lokal Bharat Biotech.
Jenderal Pengawas Obat Dr Venugopal G Somani mengatakan, kedua vaksin akan diberikan dalam dua dosis.
“... Vaksin dari Serum Institute [vaksin AstraZeneca-Oxford] dan Bharat Biotech sedang disetujui untuk penggunaan terbatas dalam situasi darurat,” kata Somani, dilansir laman Aljazeera, Senin (4/1/2021).
Perdana Menteri Narendra Modi tweeted bahwa persetujuan jalur cepat adalah titik balik yang menentukan untuk memperkuat pertarungan yang bersemangat, dalam mempercepat jalan menuju negara yang lebih sehat dan bebas Covid.
Baca Juga: Kabar Baik, AstraZeneca Siap Diproduksi 2 Juta Dosis Setiap Minggu
“Setiap orang India akan bangga bahwa dua vaksin yang telah diberi persetujuan penggunaan darurat dibuat di India!” katanya di Twitter, menyebutnya sebagai tanda negara "mandiri".
Persetujuan tersebut diharapkan dapat memulai salah satu upaya vaksinasi terbesar di dunia, dalam beberapa hari mendatang di negara berpenduduk lebih dari 1,3 miliar orang itu.
Rencana imunisasi awal bertujuan untuk memvaksinasi 300 juta orang. Mereka adalah petugas kesehatan, staf garis depan termasuk polisi dan mereka yang dianggap rentan karena usia atau penyakit lain, pada Agustus 2021 mendatang.
Institut Serum India, perusahaan pembuat vaksin terbesar di dunia, telah dikontrak oleh AstraZeneca untuk membuat satu miliar dosis untuk negara berkembang, termasuk India.
Kepala eksekutif Serum Institute Adar Poonawalla men-tweet setelah persetujuan bahwa vaksin akan siap diluncurkan dalam beberapa minggu mendatang.
Baca Juga: Waduh! Seorang Dokter Masuk ICU Usai Disuntik Vaksin Corona
Vaksin lain yang dikenal sebagai Covaxin, dikembangkan oleh Bharat Biotech bekerja sama dengan lembaga pemerintah, dan didasarkan pada bentuk virus corona yang tidak aktif.
Perusahaan hanya menyelesaikan dua dari tiga tahap uji coba. Ketiga, yang menguji kemanjuran, dimulai pada pertengahan November.
Studi klinis awal menunjukkan bahwa Covaxin tidak memiliki efek samping yang serius dan menghasilkan antibodi untuk Covid-19.
Somani mengatakan kepada wartawan setelah pengarahan bahwa regulator obat tidak akan pernah menyetujui apapun jika ada masalah keamanan sekecil apapun.
“Vaksinnya 100 persen aman. efek samping seperti demam ringan, nyeri dan alergi adalah hal yang umum untuk setiap vaksin,” katanya.
Permohonan vaksin yang dibuat oleh Pfizer Inc masih ditinjau.