Kritik Pemerintah, Jack Ma Tergelincir di Daftar Orang Terkaya dan Hilang?

Dythia Novianty Suara.Com
Minggu, 03 Januari 2021 | 13:30 WIB
Kritik Pemerintah, Jack Ma Tergelincir di Daftar Orang Terkaya dan Hilang?
Pendiri Alibaba Jack Ma. [Antara/Agung Rajasa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Miliarder China Jack Ma, orang di balik Amazon versi Asia, merosot ke urutan ketiga dalam daftar orang terkaya, setelah mengkritik pihak berwenang dan menghilang dari acara TV-nya sendiri.

Kepala eksekutif dan pendiri pasar e-commerce anggaran Pinduoduo Colin Huang telah mengambil alih Ma dari Alibaba Group Holding dan Tencent Holdings 'Pony Ma Huateng untuk menjadi orang terkaya kedua di negara itu.

Dia sekarang memiliki kekayaan bersih saat ini sebesar US 63,1 miliar dolar AS, menurut Bloomberg Billionaires Index, dilansir laman Dailymail, Minggu (3/1/2021).

Kabar tersebut muncul saat misteri seputar keberadaan Jack Ma, yang menghilang dari acara pencarian bakat TV-nya sendiri. Belum ada tanda-tanda keberadaannya sejak akhir Oktober lalu.

Alibaba Group. [Shutterstock]
Alibaba Group. [Shutterstock]

Lelaki berusia 56 tahun itu dikatakan telah menghasilkan sekitar 35 miliar euro dari pembuatan Alibaba, Amazon versi Asia.

Tetapi penguasa China tampaknya berbalik melawannya setelah dia mengkritik regulator dan bank milik negara, pada konferensi teknologi keuangan pada Oktober lalu.

Pada Rabu, saham Pinduoduo yang terdaftar di Nasdaq naik 7,77 persen di New York, mengangkat kapitalisasi pasarnya menjadi hampir 220 miliar dolar AS.

Itu menandai hari kedua berturut-turut di mana start-up berusia lima tahun itu melampaui nilai 200 miliar dolar AS.

Kekayaan Huang di China kini hanya tertinggal dari Zhong Shanshan, ketua raksasa air kemasan Nongfu Spring yang baru-baru ini menyelesaikan IPO Hong Kong senilai 677 miliar dolar HongKong (87 miliar dolar AS) yang memecahkan rekor pada September 2020.

Baca Juga: Elon Musk Kalahkan Bill Gates, Jadi Orang Terkaya Kedua di Dunia

Nasib platform e-commerce, pengiriman, dan media sosial terbesar di negara itu berada dalam ketidakpastian sejak Beijing menyusun dokumen untuk menindak 'ekonomi platform' pada awal November lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI