Suara.com - Perhimpunan Virologi Italia mengatakan bahwa jenis virus Corona (Covid-19) baru, yang sangat mirip dengan strain mutasi virus di Inggris sudah beredar di Italia pada awal Agustus.
Menurut Arnaldo Caruso, presiden Perhimpunan Virologi Italia, varian di Italia tersebut menyebar berminggu-minggu sebelum kasus pertama strain Inggris yang diketahui dan bisa menjadi pendahulu bagi mutasi virus di Inggris.
Para ahli menemukan strain tersebut dengan menganalisis sampel usap dari pasien yang menderita infeksi Covid-19 yang persisten.
"Yang mengejutkan kami, kami menyadari bahwa kami telah mengidentifikasi varian baru, serupa tetapi tidak identik dengan varian Inggris yang juga mulai beredar di Italia," kata Caruso, seperti dikutip Dailymail, Rabu (30/12/2020).
Baca Juga: Update Covid-19 Global: AS Temukan Kasus Pertama Varian Baru Virus Corona
Kesamaan antara varian yang diidentifikasi di Italia dan varian di Inggris membuat para ahli berpikir bahwa varian yang pertama mungkin sebenarnya telah menghasilkan varian lain yang muncul saat ini.
Varian baru di Inggris dikhawatirkan lebih menular dan menyebar lebih mudah di antara anak-anak. Namun menurut pemerintah Inggris, asal-usul varian ini masih belum jelas.
Caruso tidak mengatakan apakah varian Italia dianggap lebih dapat ditularkan, tetapi menyarankan itu bisa menjadi cikal bakal dari strain Inggris yang lebih menular.
Sama seperti varian Inggris, tidak ada bukti bahwa strain Italia akan membuat vaksin yang ada menjadi kurang efektif dalam melindungi orang dari Covid-19.
Italia adalah salah satu negara yang menghentikan perjalanan dari Inggris dan mendeteksi setidaknya satu kasus strain Inggris dalam dua minggu terakhir.
Baca Juga: Varian Baru Virus Corona dari Inggris Sudah Sampai di Chile
Di sisi lain, India menjadi negara terbaru yang mengumumkan kehadiran strain Inggris di negaranya setelah enam orang yang baru saja kembali dari Inggris dinyatakan positif, sementara Jerman mengungkap bahwa varian baru telah tiba pada akhir November.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta negara-negara meningkatkan upaya pengurutan genom, untuk memastikan bahwa mutasi lebih lanjut terdeteksi pada 2021.