Suara.com - Beragam fenomena langit menarik yang dapat diamati di Indonesia terjadi sepanjang 2020. Mulai dari gerhana, hujan meteor, hingga konjungsi yang bisa terlihat setiap bulannya.
Untuk mengingatnya, berikut fenomena langit menarik sepanjang 2020 yang telah dirangkum Suara.com dari In the Sky:
1. Bumi di Perihelion
Perihelion merupakan jarak terdekat Bumi dengan Matahari. Pada 2020 ini, perihelion Bumi terjadi pada 5 Januari.
Baca Juga: Kaleidoskop 2020, Daftar Smartphone Ini Hadir dengan Fitur Fast Charging
Jarak terdekat (perihelion) dan jarak terjauh (aphelion), dapat terjadi karena jarak Bumi dan Matahari beragam sekitar 3 persen sepanjang tahun, yang disebabkan orbitnya sedikit berbentuk oval, mengikuti jalur disebut elips.
Secara teori, peristiwa ini menjadikan Matahari terlihat sedikit lebih besar di langit daripada hari-hari lainnya dalam setahun. Tetapi, perbedaan ukuran diameter Matahari hanya berubah sebesar 3 persen membuatnya hampir tidak berdampak pada apapun, terutama cuaca.
2. Gerhana Bulan Penumbra
Indonesia kembali berkesempatan melihat gerhana pada 2020. Kali ini adalah Gerhana Bulan Penumbra terjadi pada 11 Januari.
Ini merupakan fenomena ketika Bulan masuk bayangan penumbra Bumi sehingga cahaya Bulan Purnama yang terang menjadi tampak redup.
Baca Juga: Kaleidoskop 2020, 5 Bencana Alam Paling Mengerikan Sepanjang Tahun
Seluruh wilayah Indonesia bisa menyaksikan fenomena ini dengan pengamatan langsung. Gerhana Bulan Penumbra dimulai pukul 00.08 WIB dengan waktu puncak Gerhana terjadi pada 02.11 WIB dan berakhir pada 04.12 WIB.
Di Jakarta, Gerhana ini dapat terlihat di langit barat laut dengan Bulan terletak 46 persen di atas cakrawala. Selain Indonesia, wilayah lain yang berkesempatan melihat adalah Afrika, Oceania, Asia, Eropa, dan Amerika Utara.
3. Supermoon
Bulan mencapai fase penuh atau Purnama pada 8 April 2020. Menariknya, Bulan Purnama itu juga disebut sebagai Supermoon karena Bulan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi. Para astronom menyebut fenomena ini sebagai perigee.
Dengan kata lain, Bulan tampak sedikit lebih besar dan lebih terang daripada di waktu lain. Ketika Bulan mencapai fase penuh, satelit alami Bumi itu akan terletak di rasi bintang Virgo dengan jarak 357.000 km dari Bumi. Secara astronomis, Bulan purnama ini akan terjadi pada pukul 09.35 WIB.
4. Gerhana Matahari Cincin
Gerhana Matahari Cincin terjadi pada 21 Juni 2020. Sayangnya, jalur gerhana Matahari Cincin ini hanya melewati beberapa negara seperti Taiwan, China, India, Pakistan, Oman, Arab Saudi, Yaman, Eritrea, Ethiopia, Sudan, Republik Afrika tengah, Republik Demokratik Kongi, dan Republik Kongo.
Sedangkan, tidak semua wilayah di Indonesia memiliki kesempatan mengamati Gerhana ini. Wilayah di Indonesia yang beruntung hanya Indonesia bagian utara seperti Aceh hingga Papua.
Tak hanya itu, porsi Gerhana Matahari Cincin di Indonesia pun tidak besar, paling besar hanya 33 persen di Maluku utara dan Papua barat.
Gerhana Matahari sendiri dapat diklasifikasikan sebagai Total dan Cincin. Menurut Ensiklopedia Britania, Gerhana ini terjadi ketika posisi Bulan terletak antara Bumi dan Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari.
Jenis Gerhana Matahari akan menjadi Total atau Cincin tergantung pada jarak antara tiga objek langit tersebut. Karena orbit Bulan mengelilingi Bumi serta orbit Bumi mengelilingi Matahari berbentuk elips, jarak keduanya berubah-ubah sehingga ukuran tampak Matahari dan Bulan pun berubah-ubah.
Jika posisi Bulan cukup jauh dari Bumi, Bulan akan terlihat sedikit lebih kecil sehingga tidak dapat menutupi seluruh permukaan Matahari dan terjadi gerhana matahari cincin.
Sebaliknya, jika Bulan berjarak cukup dekat dengan Bumi, maka akan menutupi seluruh permukaan Matahari sehingga terjadi Gerhana Matahari Total.
5. Aphelion Bumi
Aphelion merupakan jarak terjauh Bumi dengan Matahari. Aphelion tahun ini terjadi pada 4 Juli. Jarak Bumi dari Matahari pada saat itu mencapai sekitar 1,02 AU atau sekitar 152,1 juta kilometer.
Jarak terdekat (perihelion) dan jarak terjauh (aphelion) dapat terjadi karena jarak Bumi dan Matahari beragam sekitar 3 persen, sepanjang tahun yang disebabkan orbitnya yang sedikit berbentuk oval, mengikuti jalur yang disebut elips.
Secara teknis, ini akan membuat Matahari tampak lebih kecil di langit daripada hari-hari lainnya dalam setahun dan Bumi hanya akan menerima radiasi paling sedikit dari Matahari.
Tetapi, perbedaan ukuran diameter Matahari hanya berubah sebesar 3 persen membuatnya hampir tidak berdampak pada apapun, terutama cuaca.
6. Bulan Biru
Bulan Biru (blue moon) terjadi pada 31 Oktober 2020. Meskipun disebut Bulan Biru, namun fenomena ini merupakan Bulan Purnama kedua yang terjadi pada satu bulan kalender.
Dikarenakan pada 2 Oktober sudah terjadi Bulan Purnama, maka purnama pada 31 Oktober disebut Bulan Biru.
Bulan Biru terakhir terjadi pada 31 Maret 2018, sedangkan Bulan Biru musiman berikutnya akan terjadi pada 22 Agustus 2021. Dua Bulan Purnama relatif jarang terjadi dalam bulan kalender yang sama karena rata-rata sekali setiap 2,7 tahun.
Pada saat Bulan mencapai fase penuh, Bulan berada di konstelasi Aries dan muncul paling tinggi di belahan Bumi utara. Bulan mulai terlihat pada pukul 21.49 WIB dan berjarak 406.000 kilometer dari Bumi.
Penggunaan istilah Bulan biru sendiri merupakan inovasi abad ke-20 yang awalnya berasal dari kesalahan cetak di majalah Sky & Telescope yang terbit pada Maret 1946.
7. Berburu Pleiades
Pleiades merupakan gugus bintang paling terang dan paling jelas yang dapat dilihat dengan mata telanjang di rasi bintang Taurus serta salah satu yang terdekat dengan Bumi.
Bintang ini juga dikenal sebagai Messier 45 atau M45. Para pengamat di Bumi dapat berburu Pleiades pada 17 November karena itu adalah waktu terbaik untuk melihatnya.
Pleiades mulai diamati pada pukul 19:58 WIB saat mencapai ketinggian 11 derajat di atas ufuk timur laut, kemudian akan mencapai titik tertinggi di langit pada pukul 00:55 WIB dengan ketinggian 59 derajat di atas ufuk utara.
Pleiades kemudian menghilang saat fajar sekitar pukul 04:52 WIB saat mencapai ketinggian 25 derajat di atas cakrawala barat laut.
8. Konjungsi terdekat Jupiter dan Saturnus
Jupiter dan Saturnus melakukan pendekatan yang sangat dekat dengan jarak hanya 0 (nol) derajat 06' pada 21 Desember.
Dengan kata lain, kedua planet raksasa ini hanya terpisah sejauh 6 menit busur satu sama lain dan tampak seperti satu bintang tunggal yang bercahaya terang.
Fenomena yang cukup langka ini terlihat sekitar pukul 18:20 WIB di atas ufuk barat dan tenggelam menuju cakrawala pada pukul 20:14 WIB.
Langkanya fenomena ini akibat dari gerak lambat Jupiter dan Saturnus dalam melintasi langit. Mengingat Jupiter lebih cepat dalam mengitari Matahari, planet raksasa itu akan menyusul Saturnus dan menyebabkan konjungsi seperti ini yang terjadi rata-rata setiap 19,6 tahun sekali.