Suara.com - Para ilmuwan mendeteksi mikroplastik di dalam plasenta manusia untuk pertama kalinya. Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Environmental International, temuan mikroplastik yang menembus plasenta ini menimbulkan sejumlah kekhawatiran.
Namun, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah itu dapat membahayakan janin. Mikroplastik merupakan partikel berukuran kurang dari lima milimeter, dihasilkan saat benda plastik lebih besar terdegradasi.
Mikroplastik telah menjadi bahaya lingkungan utama selama beberapa tahun terakhir dan sekarang ditemukan dalam jumlah besar di seluruh daratan dan lautan dunia, juga di laut dalam.
Dalam melakukan penelitian ini, para ahli mengumpulkan sebagian kecil plasenta dari enam perempuan. Setelah dilarutkan dan menyaring sampel, para ilmuwan menemukan 12 partikel mikroplastik yang berasal dari empat plasenta.
Itu mungkin jumlah yang kecil, tetapi para ilmuwan hanya menganalisis sekitar empat persen dari setiap plasenta, sehingga kemungkinan ada lebih banyak partikel di organ tersebut.
![Ilustrasi Mikroplastik. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/07/23/75314-mikroplastik.jpg)
Sebanyak 10 mikroplastik yang ditemukan itu berukuran diameter kurang dari sepuluh mikrometer, dengan dua mikroplastik lebih kecil dari lima mikrometer. Dengan kata lain, mikroplastik tersebut dapat dengan mudah diangkut dalam darah.
Namun, para ahli tidak yakin pasti bagaimana partikel tersebut dapat memasuki aliran darah ibu karena tidak mungkin, untuk mengetahui apakah itu masuk melalui sistem pernapasan atau sistem pencernaan.
Dari 12 mikroplastik tersebut, lima partikel ditemukan di sisi janin, empat terletak di plasenta yang lebih berada di sisi ibu, dan tiga sisanya ditemukan di selaput yang melindungi cairan ketuban.
"Karena peran penting dari plasenta dalam mendukung perkembangan janin dan dalam bertindak sebagai penghubung, keberadaan partikel eksogen dan berpotensi berbahaya menjadi masalah yang sangat memprihatinkan," kata para ilmuwan, seperti dikutip IFL Science, Minggu (27/12/2020).
Baca Juga: Senjata dari Tulang Manusia Berusia 11.000 Tahun Ditemukan
Semua partikel ini berpigmen menggunakan senyawa yang biasanya digunakan untuk mewarnai plastik, cat, dan kosmetik.