Suara.com - Google menggandeng Observatorium Vera C. Rubin yang baru didirikan di Chili untuk menyimpan data dari pengamatan astronomi di cloud.
Google mengatakan, kolaborasi tersebut akan membawa generasi baru proyek komputasi ilmiah skala besar yang dapat dibagikan di seluruh dunia dengan layanan internet.
Perusahaan teknologi itu akan menjadi tuan rumah Interim Data Facility (IDF) Observatorium Rubin, yang akan mengumpulkan data awal hingga observatorium beroperasi penuh pada 2023.
Nantinya, data tersebut akan tersedia untuk ratusan ilmuwan menjelang fase pengamatan utama Rubin, yang dikenal sebagai Legacy Survey of Space and Time (LSST).
Baca Juga: Perkuat Bisnis ICT, GTN Gandeng Cloud Service Provider Karya Anak Bangsa
"Dengan menggunakan infrastruktur cloud yang mapan dan tepercaya, kami dapat memastikan siap memberikan ilmu pengetahuan berdampak tinggi kepada komunitas kami saat teleskop, kamera, dan sistem data siap," kata Bob Blum, direktur operasi Observatorium Rubin, seperti dikutip Space.com, Kamis (24/12/2020).
Blum menambahkan bahwa LSST adalah salah satu eksperimen yang mengumpulkan data tentang tata surya, bintang variabel, bintang yang membentuk Bimasakti, dan perluasan alam semesta.
Kumpulan data sementara akan berukuran sangat besar sehingga pengguna harus menggunakan platform sains berbasis browser untuk mengakses informasi. LSST diharapkan menghasilkan 500 petabyte informasi.
"Kemajuan yang kami lihat di bidang astronomi menunjukkan meningkatnya minat akan data yang hanya dapat didukung oleh skala dan kecepatan cloud," kata Mike Daniels, wakil presiden sektor publik global Google Cloud.
Dengan kolaborasi ini, Observatorium Rubin dapat membangun lebih banyak fleksibilitas untuk meningkatnya permintaan data astronomi sekaligus memanfaatkan penyimpanan data cloud berbiaya rendah.
Baca Juga: Selamat Hari Ibu! Google Doodle Rayakan Lewat Bikin Kartu Virtual
Kumpulan data sementara tersebut akan dapat mulai diakses pada akhir 2021.