Suara.com - Bumi diketahui sebagai satu-satunya planet mampu menampung kehidupan. Para ilmuwan selama bertahun-tahun telah memikirkan faktor apa saja yang penting, untuk kehidupan agar membantu mengidentifikasi planet lain yang berpotensi dihuni.
Karena itu, para ahli mencoba memahami seperti apa kondisi di Bumi awal atau kuno lewat penelitian. Mereka menciptakan kembali keseimbangan kimiawi lautan magma, yang menutupi Bumi miliaran tahun lalu.
Eksperimen dilakukan untuk melihat jenis atmosfer yang dihasilkannya.
Para ahli dari Australian National University yang bekerja sama dengan kolega di Prancis dan Amerika Serikat, menemukan bahwa atmosfer pertama Bumi kemungkinan besar adalah karbon dioksida tebal dan nitrogen yang tidak ramah, sama seperti yang dilihat pada atmosfer Venus hari ini.
Baca Juga: Investasi Migas Menurun Tahun 2020, Kenapa?
Planet berbatu seperti Bumi tercipta melalui proses yang disebut "akresi", di mana awalnya partikel-partikel kecil berkumpul di bawah tarikan gravitasi untuk membentuk benda yang lebih besar.
Tahap akhir akresi melibatkan tumbukan raksasa yang melepaskan energi dalam jumlah besar. Dampaknya akan membuat Bumi tertutup lautan global dari batuan cair yang disebut "lautan magma".
Lautan magma akan membocorkan gas hidrogen, karbon, oksigen, dan nitrogen, untuk membentuk atmosfer pertama Bumi.
Dilansir dari Space.com, Rabu (23/12/2020), para ilmuwan mencari tahu seperti apa atmosfer pertama di Bumi, dengan memahami bagaimana oksigen mengontrol unsur-unsur lain bergabung.
Jika ada sedikit oksigen di sekitarnya, atmosfer akan kaya gas hidrogen, amonia, dan karbon monoksida. Tapi dengan oksigen yang melimpah, maka atmosfer akan terdiri dari campuran gas jauh lebih ramah seperti karbon dioksida, uap air, dan nitrogen molekuler.
Baca Juga: Tempat Wisata Malang Paling Hits, Banyak Spot Instagramable
Tim ahli harus mempelajari kimia oksigen di lautan magma. Kuncinya adalah menentukan berapa banyak oksigen yang terikat secara kimiawi ke unsur besi.
Jika ada banyak oksigen, itu terikat dengan besi dalam rasio 3:2, tetapi jika oksigen lebih sedikit, maka rasionya menjadi 1:1.
Ketika lautan magma akhirnya mendingin, itu akan menjadi mantel bumi (lapisan batuan di bawah kerak planet). Oleh karena itu, para ilmuwan membuat asumsi bahwa rasio ikatan oksigen-besi di lautan magma akan sama dengan rasio di mantel saat ini.
Para ilmuwan menemukan tampaknya Bumi kuno cukup dingin sehingga uap air mengembun keluar dari atmosfer, membentuk lautan air cair seperti yang dilihat sekarang. Ini akan meninggalkan atmosfer dengan 97 persen karbon dioksida dan 3 persen nitrogen molekuler.
Rasio karbon dioksida dan nitrogen molekuler tersebut sangat mirip dengan kandungan atmosfer Venus saat ini. Namun, Bumi berhasil bertahan dan memiliki lingkungan layak huni karena Venus terlalu dekat dengan Matahari.
Pada hari-hari awal Bumi, lautan air perlahan menarik karbon dioksida dari atmosfer melalui reaksi dengan batuan.
Meskipun kedua planet memiliki permulaan yang hampir sama, tetapi perbedaan jarak keduanya menempatkan Bumi dan Venus pada akhir yang berbeda.