Suara.com - Para ilmuwan dari Beijing menguji prototipe mesin jet hipersonik yang diklaim bisa melakukan perjalanan ke mana pun di Bumi dalam waktu 2 jam. Mesin jet hipersonik baru ini dapat mencapai kecepatan hingga 19.000 kilometer per jam dan stabil saat diuji di terowongan angin.
Dalam laporan yang dipublikasikan di Chinese Journal of Aeronautics, tim ilmuwan mengklaim mesin yang disebut Sodramjet ini merupakan kemajuan signifikan dalam penggerak hipersonik.
"Penjelajahan 70 tahun pada penggerak hipersonik, menunjukkan bahwa konsep revolusioner benar-benar membutuhkan pengembangan mesin pernafasan hipersonik. Konsep mesin Sodramjet bisa menjadi pilihan yang sangat menjanjikan," tulis tim ilmuwan dalam penelitian tersebut, seperti dikutip dari IFL Science, Jumat (4/12/2020).
Mesin ini dibangun dengan teknologi yang dikenal sebagai ramjet, yang telah dikembangkan sejak penemu Albert Fono asal Hongaria, menggunakan unit ramjet mentah untuk meningkatkan jangkauan artileri.
Baca Juga: Wow! Ilmuwan Temukan 1 Juta Galaksi Baru
Jika mesin jet normal menggunakan bagian kompresor dari bilah kipas untuk menempatkan udara dari intake depan sebelum dikirim ke pembakaran, ramjet mengandalkan gerakan maju pesawat untuk memberikan aliran udara yang terkompresi dan bergerak cepat.
Namun, ini memiliki kelemahan fatal, yaitu udara supersonik menciptakan gelombang kejut yang dapat memadamkan bahan bakar. Tetapi ilmuwan Zonglin Jiang dan timnya dari Akademi Ilmu Pengetahuan China, mengatasi masalah ini dengan melihat karya insinyur Richard Morrison pada 1980.
Jiang percaya bahwa gelombang kejut yang dihasilkan udara supersonik, dapat mengemas cukup energi untuk terus menyalakan kembali mesin dan mempertahankan keahlian. Ide tersebut kemudian menghasilkan Sodramjet, meskipun itu tidak pernah diterapkan secara komersial karena kurangnya dana.
Meski tampak luar biasa, mesin Sodramjet kemungkinan masih membutuhkan beberapa tahun lagi untuk digunakan di pesawat komersial dan masih memerlukan lebih banyak pengujian.
Baca Juga: Ilmuwan Rusia Ajukan Tatanan Tabel Periodik Kimia Baru, Lebih Sulit?