Suara.com - Tim ilmuwan menemukan fosil hewan aneh menyerupai burung tukan yang hidup sekitar 68 juta tahun lalu atau sekitar era Mesozoikum, zaman puncak dari perkembangan dinosaurus.
Memiliki panjang 3,5 inci, para ahli menjuluki tengkoraknya sebagai Falcatakely forsterae.
Fosil ini pertama kali ditemukan pada tahun 2010 di barat laut Madagaskar dan terabaikan selama bertahun-tahun.
Namun ketika para ilmuwan akhirnya meneliti fosil tersebut, rupanya paruh hewan itu belum pernah ditemukan sebelumnya dalam catatan fosil.
Baca Juga: Fosil Paus Purba Berusia Ribuan Tahun Ditemukan di Thailand
Karena tengkorak dan paruhnya terlalu rapuh untuk diekstraksi, para ilmuwan menggunakan bentuk pencitraan resolusi tinggi dan pemodelan digital untuk "membelah" tulang secara virtual.
Tim ahli menggunakan printer 3D untuk membangun kembali tengkorak tersebut dan membandingkannya dengan spesies lain yang diketahui.
Menurut Daniel Field dari departemen ilmu Bumi Universitas Cambridge, fosil ini adalah temuan yang tidak terduga karena paruhnya memiliki ujung gigi yang diawetkan.
"Tak satu pun dari sekitar 200 spesies burung yang diketahui dari periode itu memiliki tengkorak yang mirip dengan Falcatakely," kata Field, seperti dikutip Science Alert pada Sabtu (28/11/2020).
Temuan yang telah dijelaskan dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature itu masih memiliki sisi mengejutkan lainnya.
Baca Juga: Misterius! Ilmuan Temukan Fosil Reptil Terbang Terkubur 60 Juta Tahun Lalu
Meskipun Falcatakely memiliki wajah yang cukup familiar dari burung modern saat ini seperti tukan dan enggang, tulang yang membentuk wajahnya tidak memiliki kemiripan dengan makhluk modern tersebut.
"Meskipun bentuk wajah keseluruhan mirip dengan burung modern seperti tukan, kerangka yang mendasarinya jauh lebih mirip dengan dinosaurus theropoda non-unggas seperti Deinonychus dan Velociraptor," ucap Patrick O'Connor, penulis utama penelitian dan profesor anatomi dan ilmu saraf di Universitas Ohio.
Penemuan fosil utuh burung dari periode tersebut relatif jarang karena kerangka yang ringan umumnya terlalu rapuh untuk diawetkan dengan baik.
Tim ilmuwan terus melakukan penggalian lebih lanjut di tempat di mana Falcatakely ditemukan dan O'Connor sangat berharap dapat mengeksplorasi mengapa Falcatakely memiliki paruh seperti itu.