Es Mencair, Ilmuwan Temukan Senjata Berburu Berusia 6.000 Tahun

Sabtu, 28 November 2020 | 07:20 WIB
Es Mencair, Ilmuwan Temukan Senjata Berburu Berusia 6.000 Tahun
Ilustrasi gunung es. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan menemukan artefak senjata berburu kuno saat es mencair di Pegunungan Jotunheimen, Norwegia. Senjata itu berupa 68 anak panah dari situs berburu rusa kuno.

Menurut penanggalan radiokarbon, penemuan paling awal berumur 6.000 tahun. Penemuan juga mencakup tulang dan tanduk rusa serta tongkat yang digunakan untuk menggiring hewan ke tempat-tempat di mana hewan bisa lebih mudah diburu.

Temuan seperti ini menjadi semakin umum seiring kenaikan suhu global, terutama di bawah lapisan es statis yang tidak bergerak dan memecah objek dengan cara yang sama seperti gletser.

Dilansir dari Science Alert pada Sabtu (28/11/2020), penemuan potensial tersebut sangat signifikan sehingga kelompok ilmuwan merahasiakan detail lokasi situs tersebut.

Baca Juga: Misteri Vandalisme di Museum Berlin, 60 Artefak Diolesi Minyak

Barang-barang tersebut diperkirakan berasal dari Zaman Batu hingga periode Abad Pertengahan, dengan pola yang berbeda pada periode waktu tertentu. Namun, sebagian besar anak panah berasal dari era Neolitik Akhir dan Zaman Besi Akhir.

Untuk mengumpulkan informasi sejarah dari lokasi penemuan, para ahli harus memperhitungkan banyak faktor yang berbeda, seperti pergerakan es dan air yang mencair serta dampak angin dan paparan. Unsur-unsur tersebut kemungkinan besar telah memindahkan sebagian besar artefak dari situs.

"Penting untuk diingat bahwa tambalan es bukanlah situs arkeologi biasa. Itu terletak di pegunungan tinggi dalam lingkungan yang dingin dan tidak bersahabat. Kekuatan alam berada pada skala yang sangat berbeda di sini daripada di situs arkeologi normal di dataran rendah," kata Lars Pilo, arkeolog dari Departemen Warisan Budaya di Innlandet County Council di Norwegia.

Beberapa anak panah yang hancur menunjukkan bahwa tambalan es sebenarnya bergerak lebih teratur daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Penelitian lebih lanjut masih harus dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi dan lokasi penemuan ini menunjuk pada pergerakan es, rusa kutub, dan manusia.

Baca Juga: Serangan Misterius, Artefak dan Benda Seni di Museum Jerman Disiram Cairan

Menurut Pilo, studi yang telah dipublikasikan di Holocene ini memberikan kerangka kohesif pertama untuk memahami bagaimana temuan arkeologis dari es dipengaruhi oleh proses alam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI